Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering merasakan adanya suatu kekuatan yang mengendalikan cara kita bertindak, berfikir, dan berperasaan. Kekuatan ini bukan berasal dari dalam diri kita sendiri, melainkan berasal dari lingkungan eksternal kita. Kekuatan ini disebut dengan istilah “norma sosial”.
Dalam konteks sosiologi, norma sosial merujuk pada aturan dan standar yang sudah disepakati dalam masyarakat dan memiliki kekuatan memaksa individu untuk mentaatinya. Aturan dan standar ini meliputi berbagai aspek, mulai dari cara berpakaian, berbahasa, berinteraksi dengan orang lain, bahkan hingga standar moral dan etika.
Norma sosial membentuk pola perilaku tertentu dalam masyarakat yang jika dilanggar akan mendapatkan sanksi, baik secara formal (misalnya hukuman hukum), atau informal (misalnya penolakan sosial atau stigma). Karena itulah, norma sosial memiliki kekuatan memaksa yang mengendalikan cara individu bertindak, berfikir, dan berperasaan.
Namun, perlu diingat bahwa seiring berjalannya waktu, norma sosial bisa berubah. Sebagai contoh, pandangan masyarakat tentang peran gender telah berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir. Apa yang pernah dianggap sebagai norma sosial yang tak dapat diganggu gugat, seperti pembagian tugas rumah tangga berdasarkan gender, kini mulai disoal dan dipandang sebagai bentuk diskriminasi.
Untuk mengakhiri, penting bagi kita untuk selalu menyadari adanya norma sosial di masyarakat kita. Memahami bahwa norma sosial adalah kekuatan luar yang mempengaruhi cara kita bertindak, berfikir, dan berperasaan dapat membantu kita dalam memutuskan kapan harus mengikuti norma dan kapan harus menantangnya.
Jadi, jawabannya apa? Kekuatan luar yang memiliki kekuatan memaksa dan mengendalikan cara kita bertindak, berpikir, dan berperasaan adalah norma sosial.
