Budaya

Sepeninggal Mas Jolang, Raja Mataram Digantikan oleh Mas Rangsang yang Bergelar Sultan Agung Hanyokrokusumo Sayidin Panotogomo Kalifatullah Ing Tanah Jawa dan Sikap Anti Kekuasaan Asingnya

×

Sepeninggal Mas Jolang, Raja Mataram Digantikan oleh Mas Rangsang yang Bergelar Sultan Agung Hanyokrokusumo Sayidin Panotogomo Kalifatullah Ing Tanah Jawa dan Sikap Anti Kekuasaan Asingnya

Sebarkan artikel ini

Setelah kematian Mas Jolang, tahta kerajaan Mataram diwarisi oleh salah satu putranya, Mas Rangsang yang lebih dikenal dengan gelar kenegaraannya sebagai Sultan Agung Hanyokrokusumo Sayidin Panotogomo Kalifatullah Ing Tanah Jawa. Sebagai seorang pemimpin, Sultan Agung dikenal memiliki sikap yang sangat anti terhadap kekuasaan asing, yang tercermin dalam berbagai kebijakan dan tindakannya selama berkuasa.

Sikap anti-asing Sultan Agung bukanlah sebuah kebetulan, namun merupakan bagian integral dari filosofi kepemimpinannya. Dia memiliki visi bahwa kerajaan Mataram harus tetap merdeka dan tak boleh dikuasai oleh kekuasaan asing, apalagi melalui jalur kolonialisme. Hal ini, menurutnya, merupakan kewajiban yang harus dijalankan demi menjaga kedaulatan dan kehormatan bangsa.

Keputusan Sultan Agung untuk menentang kekuasaan asing bukan tanpa alasan. Pertama, Sultan percaya bahwa bangsa Jawa memiliki potensi dan kapasitas untuk merdeka dan berdaulat di atas tanah airnya sendiri. Kedua, dia memahami betul dampak negatif yang bisa ditimbulkan oleh penjajahan asing terhadap bangsa dan negaranya.

Bukti dari sikap anti kekuasaan asing Sultan Agung dapat dilihat dari berbagai kebijakan dan tindakan yang dia ambil. Misalnya, dia menentang keras penjajahan Belanda dan melakukan serangkaian perlawanan terhadap mereka. Selain itu, dia juga menerapkan kebijakan-kebijakan yang pro-rakyat dan pro-keadilan dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya, sebagai bentuk perlawanan terhadap dominasi asing.

Kedaulatan Sultan Agung dan kerajaan Mataram sangat penting bagi kelangsungan hidup dan prestise bangsa Jawa di kancah internasional. Gerakan anti-asing ini sejatinya bukan hanya sebagai pertahanan terhadap ancaman eksternal, tetapi juga sebagai penegasan identitas dan integritas bangsa Jawa itu sendiri.

Dengan demikian, menjadi jelas bahwa Sultan Agung bukan hanya sekadar raja, namun juga seorang pemimpin visioner yang memandang kedaulatan dan kehormatan bangsa sebagai hal yang utama. Dia adalah contoh pemimpin yang patut dihargai dan diingat karena perjuangannya dalam melawan penjajahan dan menjaga kedaulatan bangsanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *