Di era sebelum perkembangan teknik penambangan yang signifikan pada tahun 1970, masyarakat sangat bergantung pada sumber energi alamiah untuk memasak dan pemanasan. Sumber energi ini bervariasi tergantung pada lokasi dan sumber daya yang tersedia di wilayah tersebut. Namun, secara umum, ada satu sumber yang dominan digunakan oleh masyarakat dunia, yaitu kayu.
Kayu sebagai sumber energi utama didasari oleh beberapa alasan. Yang pertama adalah ketersediaannya yang melimpah. Sebelum adanya teknologi penambangan yang canggih, banyak masyarakat yang tinggal di wilayah dengan hutan yang lebat. Selain itu, kayu juga mudah untuk diperoleh dan diolah menjadi bahan bakar.
Faktor kedua adalah penggunaannya yang mudah. Kayu dapat langsung digunakan untuk memasak atau pemanasan setelah dipotong dan dikeringkan, tanpa memerlukan teknologi atau pengetahuan khusus. Hal ini membuat kayu menjadi pilihan yang efisien bagi masyarakat pada masa itu.
Namun, penggunaan kayu sebagai sumber energi juga memiliki dampak negatif, terutama terhadap lingkungan. Penggunaan kayu secara intensif dan tidak terkontrol dapat menyebabkan deforestasi. Deforestasi ini berpotensi menyebabkan erosi tanah, banjir, dan perubahan iklim.
Dengan perkembangan teknologi penambangan pada tahun 1970, sumber energi yang digunakan untuk memasak dan pemanasan berubah. Fosil bahan bakar seperti batu bara dan minyak bumi menjadi lebih mudah untuk diakses dan diolah. Meskipun ini membantu meningkatkan efisiensi dan kemudahan dalam kehidupan sehari-hari, pergeseran ini juga membawa tantangan dan masalah baru bagi lingkungan dan kesehatan manusia di era modern.
Dengan demikian, sebelum adanya teknik penambangan maju pada tahun 1970, sumber energi terbesar untuk memasak dan pemanasan adalah kayu. Meskipun sumber energi kita telah berkembang dan berubah sejak saat itu, penting untuk mengingat asal-usulnya dan mengevaluasi dampak penambangan dan penggunaan energi pada masa kini.