Menurut Pasal 47 Undang-Undang Perbankan, pihak terafiliasi mencakup individu atau entitas yang memiliki hubungan tertentu dengan bank. Istilah ini merujuk kepada individu atau entitas yang, karena kontrol, kepemilikan, manajemen, atau hubungan keluarga, dapat mempengaruhi atau berpotensi untuk mempengaruhi operasi atau kebijakan bank.
Berikut ini adalah beberapa pihak yang biasanya dapat dikategorikan sebagai pihak terafiliasi pada bank berdasarkan Pasal 47 Undang-Undang Perbankan:
- Pemegang Saham: Ini termasuk individu atau entitas yang memiliki saham dalam bank. Mereka mungkin memiliki cukup saham untuk memberi mereka pengaruh yang signifikan atas operasi dan keputusan strategis bank.
- Direktur dan Pejabat Eksekutif Yang Senior: Individu-individu ini memiliki tanggung jawab langsung untuk manajemen dan pengoperasian bank dan biasanya memiliki kebijakan yang signifikan dan pengaruh pengambilan keputusan.
- Keluarga dari Pemegang Saham, Direktur dan Eksekutif Bank: Seorang anggota keluarga dari pemegang saham, direktur atau eksekutif mungkin juga dianggap sebagai pihak terafiliasi jika mereka memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung atas operasi atau kebijakan bank. Ini dapat mencakup pasangan, anak, orang tua dan saudara kandung.
- Perusahaan yang Dikendalikan oleh Bank atau Pemegang Saham, Direktur, atau eksekutif bank: Jika bank, pemegang saham, direktur, atau eksekutif memiliki kontrol yang signifikan atas perusahaan lain, perusahaan itu bisa dianggap sebagai pihak terafiliasi.
- Karyawan atau Pihak yang Menerima Manfaat finansial dari bank: Individu atau entitas yang secara langsung memperoleh keuntungan finansial dari operasi atau kebijakan bank mungkin juga dianggap sebagai pihak terafiliasi.
Itulah beberapa pihak yang bisa dikategorikan sebagai pihak terafiliasi dalam Pasal 47 Undang-Undang Perbankan. Hukum ini dirancang untuk melindungi kepentingan pemegang saham minoritas dan kreditor bank, dengan memastikan bahwa bank tidak dipengaruhi oleh kepentingan pribadi atau kepentingan pihak ketiga.