Sebagaimana kita sadari, tidak ada seorang pun yang dapat meramalkan kapan ajal akan menjemputnya. Dalam situasi di mana seseorang wafat dan masih mempunyai tanggungan utang, nasib utang tersebut menjadi pertanyaan yang penting dan cenderung merepotkan bagi yang ditinggalkan.
Hukum Melunasi Utang Orang yang Meninggal
Secara hukum, utang merupakan kewajiban yang harus dilunasi. Kewajiban ini tidak menghilang meski peminjam telah meninggal dunia. Dalam hukum maupun ajaran agama-agama besar, utang adalah kewajiban yang harus dipenuhi walau punya alasan apapun. Oleh karena itu, memenuhi kewajiban atau hutang seseorang yang telah meninggal adalah penting, sekaligus menjadi bagian dari penghormatan terhadap arwahnya.
Harta yang Digunakan untuk Melunasi Utang
Sedangkan, dari segi harta yang digunakan untuk melunasi utang, harta tersebut disebut “harta peninggalan” atau “harta pusaka”. Harta peninggalan adalah seluruh aset yang ditinggalkan oleh seseorang yang meninggal dunia. Aset ini bisa berupa uang, properti, saham, obligasi, dan lain sebagainya.
Jika seseorang meninggal dunia dan meninggalkan utang, maka utang tersebut harus dilunasi terlebih dahulu sebelum harta peninggalan dibagikan kepada ahli waris. Jadi, utang tersebut seharusnya dilunasi menggunakan harta peninggalan dari orang yang telah meninggal tersebut.
Namun, jika harta peninggalan tidak mencukupi untuk melunasi semua utang, maka ahli waris tidak perlu membayar sisa utang tersebut dari harta pribadinya. Utang merupakan bagian dari harta peninggalan dan tidak diwariskan kepada ahli waris.
Dengan demikian, perlu dipahami benar bahwa utang orang yang meninggal dunia adalah kewajiban yang harus ditunaikan. Harta yang digunakan untuk melunasi utang adalah harta peninggalan yang ditinggalkan oleh orang yang telah meninggal. Dan jika harta tersebut tidak mencukupi, ahli waris tidak berkewajiban untuk membayar sisa utang tersebut.