Alur cerita sering menjadi elemen penting dalam struktur sebuah karya sastra. Alur dalam konteks ini merujuk pada urutan peristiwa atau adegan dalam cerita. Menurut plot standar cerita yang diadopsi dari struktur klasik drama Yunani, terdapat lima tahapan dalam cerita: Eksposisi, Konflik, Klimaks, Penyelesaian, dan Resolusi.
Tahapan dimana penulis mulai memperkenalkan masalah yang akan dihadapi oleh tokoh utamanya disebut konflik. Konflik dalam sebuah cerita bisa berbentuk apapun – bisa berupa konflik internal yang dihadapi oleh tokoh utama atau konflik eksternal dengan tokoh lain atau lingkungannya.
Pada tahapan ini, penulis memperkenalkan elemen-elemen konflik yang akhirnya akan membawa cerita menuju klimaks. Konflik yang baik akan memprediksi dan mengantisipasi tanggapan pembaca, memberikan tantangan dan hambatan bagi tokoh utama, dan mempengaruhi arah dan perkembangan cerita. Konflik ini tidak hanya berfungsi untuk menantang tokoh utama, tetapi juga untuk mengungkap karakter dan motivasi mereka.
Pengenalan konflik juga sangat penting dalam mempertahankan minat pembaca. Konflik seringkali menjadi alat penulis untuk mengaitkan pembaca dengan cerita. Melalui konflik, pembaca dapat merasakan emosi dan perjuangan tokoh utama, membuat mereka merasa lebih terlibat dan berinvestasi dalam cerita.
Dalam kesimpulannya, tahapan ini merupakan suatu fase penting dalam penulisan dan struktur cerita, dimana penulis memperkenalkan masalah utama yang akan dihadapi tokoh. Konflik yang baik tak hanya membangun ketegangan dan ekspektasi dalam suatu cerita, tetapi juga mengungkap karakter dan motivasi tokoh utama, dan mempertahankan minat serta keterlibatan pembaca.