Seiring berjalannya waktu, peradaban manusia terus berubah dan berkembang, membawa perubahan penting pada berbagai bidang kehidupan, termasuk ilmu pengetahuan dan literatur. Salah satu bukti perkembangan signifikan dalam peradaban manusia dapat dilihat melalui inisiatif pemimpin Muslim, yaitu Khalifah, dalam memerintahkan terjemahan literatur dan pengetahuan dari bahasa Yunani ke Bahasa Arab.
Khalifah yang pertama kali melakukan hal ini adalah Abbasid, Khalifah al-Ma’mun. Al-Ma’mun adalah Khalifah kedelapan dinasti Abbasiyah dari 813 sampai 833 Masehi. Ia terkenal sebagai pendukung kuat pengetahuan dan sains, dan selama masa kekuasaannya terjadi banyak kemajuan dalam bidang ini.
Al-Ma’mun mendirikan Bayt al-Hikma, atau “Rumah Kebijaksanaan”, di Baghdad, tempat ia mendorong para ilmuwan, filsuf, dan penerjemah untuk bekerja, diskusi, dan berbagi pengetahuan. Salah satu proyek utamanya adalah memerintahkan terjemahan buku-buku berbahasa Yunani ke dalam bahasa Arab. Menurut Maurice Lombard, dalam bukunya “The Golden Age of Islam”, Al-Ma’mun memerintahkan pengambilan dan terjemahan teks-teks Yunani yang diperoleh melalui penaklukan di Timur Tengah.
Gerakan terjemahan ini tidak hanya mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia Islam, tetapi juga berperan penting dalam melestarikan buku-buku dan pengetahuan kuno Yunani yang kemudian dibawa ke Eropa melalui penaklukan oleh penjajah Muslim di Spanyol. Dengan demikian, perintah Al-Ma’mun ini turut berkontribusi pada perkembangan Renaisans Eropa.
Singkatnya, khalifah yang pertama kali memerintahkan untuk menerjemahkan buku-buku berbahasa Yunani ke dalam bahasa Arab adalah Khalifah al-Ma’mun dari dinasti Abbasiyah. Dengan demikian, giliran ini berhasil merawat dan merayakan pengetahuan Yunani kuno sekaligus memberi dorongan signifikan untuk perkembangan ilmu pengetahuan dalam peradaban Islam dan dunia.