Seorang pengusaha mempunyai banyak pilihan dalam beragam aspek bisnisnya, salah satunya dalam memutuskan bagaimana cara produksi barang atau jasa yang paling efisien dari segi ekonomi. Kondisi ini turut dialami oleh Ahmad, seorang pengusaha toko pakaian.
Ahmad memiliki dua pilihan yang sangat berbeda dalam menghasilkan produk pakaian untuk tokonya. Pilihan pertama adalah menggunakan mesin jahit otomatis dan pilihan kedua adalah menggaji pekerja manual. Kedua pilihan ini memiliki kelebihan dan tantangannya masing-masing.
Mesin jahit otomatis yang mampu menghasilkan 100 potong pakaian per hari dengan biaya operasional sebesar Rp 500.000 per hari. Di sisi lain, pekerja manual hanya mampu menghasilkan setengah dari jumlah itu, yaitu 50 potong pakaian per hari, dengan gaji sebesar Rp 100.000 per hari. Menarik untuk dihitung penggunaan mana yang lebih efisien dari segi ekonomi?
Dari segi volume produksi, mesin jahit otomatis menang. Dalam satu hari, mesin jahit otomatis menciptakan dua kali lipat produk yang mampu dihasilkan oleh pekerja manual. Namun, aplikasi mesin bukan tanpa biaya, Rp 500.000 harus dikeluarkan setiap harinya. Sementara pekerja manual, meskipun jumlah produksinya lebih sedikit, namun gajinya jauh lebih murah, hanya Rp 100.000 per hari.
Untuk mencari tahu mana yang lebih efisien, kita perlu melihat biaya per unit produksi. Dengan asumsi semua pakaian ini dijual dan tidak ada biaya tambahan lain, mesin jahit otomatis menghasilkan setiap potong pakaian dengan biaya operasional Rp 5.000 (Rp 500.000 dibagi dengan 100 potong). Pada saat yang sama, setiap potong pakaian yang dihasilkan oleh pekerja manual memiliki biaya Rp 2.000 (Rp. 100.000 dibagi dengan 50 potong).
Sebagai hasilnya, secara paradoks, meskipun pekerja manual hanya menghasilkan setengah dari produksi mesin, mereka menawarkan efisiensi ekonomi yang jauh lebih tinggi. Jadi, menurut hitungan ini, menggaji pekerja manual adalah pilihan yang lebih ekonomis bagi Ahmad.
Namun, perlu diingat bahwa ada faktor-faktor lain yang mungkin perlu dipertimbangkan, seperti kapasitas produksi jika terjadi peningkatan permintaan, atau waktu pengambilan waktu kerja dan kemampuan penyesuaian terhadap perubahan desain. Oleh karena itu, keputusan akhir harus seimbang antara kebutuhan bisnis dan efisiensi ekonomi, tidak hanya berdasarkan perhitungan unit biaya produksi.