Bangsa-bangsa Eropa pada masa sejarah lalu memikirkan berbagai cara untuk meningkatkan status mereka di kancah internasional. Salah satu bentuk upaya ini adalah melalui penaklukan dan eksploitasi lahan baru yang belum pernah dijangkau sebelumnya. Wilayah Nusantara, dengan segala kekayaan alam dan potensinya, menjadi salah satu target bangsa-bangsa Eropa tersebut.
Tak kurang dari ekuador hingga kutub, ekspansionalisme Eropa melahirkan penaklukan internasional. Pengalaman tersebut, namun, bukan hanya tentang menemukan lahan baru untuk dieksploitasi. Bagi bangsa-bangsa Eropa, ini adalah tentang memburu kejayaan superioritas dan kekuasaan—sebuah fenomena yang kemudian dikenal sebagai penjajahan.
Motivasi penaklukan bangsa Eropa ke wilayah Nusantara ini berasal dari berbagai faktor. Namun, yang paling dominan adalah nafsu untuk mendapatkan kejayaan dan kekuasaan yang menggiring mereka untuk berlayar jauh ke wilayah Nusantara. Kejayaan dalam hal ini merupakan wujud superioritas mereka sebagai bangsa, sedangkan kekuasaan adalah dominasi atas wilayah dan orang-orang yang berada di bawah kendali mereka.
Ekspansionalisme ini dibenarkan oleh ideologi atas nama kepentingan ‘kekayaan’ dan ‘kuasa’, di mana bangsa Eropa berusaha memperoleh sumber daya sebanyak mungkin dan menjalankan pemerintahan mereka di wilayah-wilayah jauh dari tanah air mereka. Keinginan untuk meningkatkan status atau kejayaan superioritas dan kekuasaan ini dipandang seperti simbol prestise, tidak hanya di mata mereka sendiri tetapi juga di mata bangsa-bangsa lain.
Namun, sisi tragis dari pencarian kejayaan ini tidak bisa diabaikan. Bangsa-bangsa Eropa menindas dan mengeksploitasi bangsa pribumi, merampas kekayaan alam dan merusak budaya dan tradisi mereka. Kenyataan ini mencerminkan bahwa pencapaian kejayaan dan kekuasaan tersebut dihargai lebih dari nilai-nilai kemanusiaan dan penghargaan terhadap budaya dan tradisi lokal.
Dalam ringkasan, salah satu tujuan bangsa Eropa merambah ke Nusantara adalah upaya mereka mencari superioritas dan kekuasaan. Namun, jarang ada catatan sejarah yang memperhitungkan kerugian dan biaya manusia akibat pengejaran tersebut. Oleh karena itu, walaupun kejayaan dan kekuasaan berhasil diraih, namun harganya adalah hilangnya banyak nilai-nilai kemanusiaan dan kerusakan yang tidak terperbaiki dalam sejarah bangsa-bangsa Nusantara.