Upaya koersif mendapatkan namanya dari kata ‘koersif’ yang dalam terjemahan bebas berarti memaksa. Dalam konteks pengendalian permasalahan sosial, upaya koersif merujuk pada penggunaan otoritas, hukum, atau kekuatan negara untuk memaksakan perilaku tertentu dalam masyarakat atau untuk mencegah perilaku tertentu terjadi.
Secara umum, upaya-upaya koersif ini terwujud dalam berbagai bentuk, di antaranya hukuman kriminal, sanksi administratif, kebijakan publik, dan tindakan paksa lainnya. Tujuan dasar dari tindakan koersif adalah untuk mengubah perilaku individu atau kelompok dalam masyarakat yang membahayakan kesejahteraan publik, menyalahi norma dan etika, atau mendistorsi harmoni sosial.
Meski dapat efektif dalam jangka pendek, upaya koersif juga memiliki konsekuensi dan limitasi. Sebagai contoh, menyebabkan resistensi atau pemberontakan, mengorbankan kebebasan individu, atau menciptakan keadilan sosial yang timpang adalah beberapa risiko yang mungkin timbul. Oleh karena itu, penting bagi penyelenggara negara untuk mempertimbangkan upaya koersif ini sebagai solusi terakhir dalam mengatasi permasalahan sosial.
Sebagai kesimpulan, upaya koersif dapat digunakan sebagai metode dalam menangani permasalahan sosial. Meski begitu, perlu adanya pertimbangan yang matang sebelum mengimplementasikan strategi ini, karena dampak negatifnya bisa sangat tinggi dan berdampak jangka panjang bagi masyarakat. Intervensi sosial idealnya harus menggabungkan berbagai pendekatan, baik yang koersif maupun non-koersif dalam melindungi kesejahteraan publik dan menciptakan tata sosial yang adil dan berkelanjutan.
