Diskusi

Sekolah Ibarat Barang Dagangan Seiring dengan Pemberlakuan Standar Tunggal Manajemen ISO

×

Sekolah Ibarat Barang Dagangan Seiring dengan Pemberlakuan Standar Tunggal Manajemen ISO

Sebarkan artikel ini

Sebuah paradoks ditemui di era pendidikan modern ini, di mana sekolah yang semestinya menjadi lembaga pembentuk dan pengembang karakter dan skill generasi muda, seakan berubah menjadi komoditas, atau murah kata, barang dagangan. Pemberlakuan standar tunggal manajemen ISO – kependekan dari International Organization for Standardization – hanya semakin mempertegas premis ini.

ISO adalah standar kualitas internasional yang memberikan panduan tentang bagaimana suatu organisasi harus beroperasi agar dapat memberikan layanan atau produk terbaik bagi pelanggannya. Di dunia pendidikan, sering kali ISO diterapkan untuk memastikan sekolah memberikan pengajaran dan pembelajaran yang terbaik untuk mendidik generasi berikutnya. Akan tetapi, inilah yang kemudian menjadi permasalahan.

Dalam penerapan standar ISO, sekolah harus memastikan kualitas dan konsistensi dalam layanan pendidikan yang mereka berikan. Tentu ini adalah hal yang baik, namun, pengórbanan harus dilakukan. Proses personalisasi pembelajaran dan perhatian pada kebutuhan individu siswa seolah tergerus oleh tuntutan standar manajemen ISO yang cenderung rigid dan seragam.

Disamping itu, penerapan standar ISO dalam bidang pendidikan juga menciptakan persaingan sengit antar sekolah. Sekolah sebagai “barang dagangan” berpacu dalam menjual “kualitas” dan “standar” mereka untuk menarik sebanyak mungkin konsumen – dalam hal ini adalah siswa dan orang tua – ke ‘pasar’ pendidikan mereka.

Dalam menjalankan standar ISO, terdapat penekanan yang kuat pada pencapaian dan hasil. Ini berpotensi mengesampingkan aspek-aspek penting lainnya dalam pendidikan, seperti proses belajar, interaksi sosial, dan pengembangan karakter dan minat individu. Fenomena ini membahayakan esensi pendidikan itu sendiri, di mana pendidikan dijadikan lebih sebagai alat untuk mencapai standar tertentu daripada sebagai proses pembentukan manusia seutuhnya.

Untuk itu, sangat penting bagi sekolah dan pihak terkait dalam dunia pendidikan untuk melihat lebih jauh dan memahami bahwa pendidikan bukan hanya tentang statis dan pencapaian. Standar ISO tidak semestinya menjadi batasan, melainkan panduan untuk menjaga kualitas pendidikan. Pendidikan harus mampu mengakomodir kebutuhan dan potensi setiap individu agar dapat membentuk karakter dan ketrampilan yang seimbang dan komprehensif bagi setiap siswa.

Menyatukan standar manajemen ISO dengan fleksibilitas metode pengajaran dapat menjadi jawabannya. Memahami bahwa setiap anak adalah individu unik dengan kebutuhannya masing-masing akan menjadikan pendidikan lebih dari sekadar barang dagangan, namun menjadi proses manusiawi dalam membentuk generasi yang berkarakter dan berkompeten.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *