Pada hari kiamat, manusia akan dibangkitkan dari alam kuburnya. Qur’an mencatat dalam surah Az-Zumar: “Bumi bagaikan hancur luluh, dan Tuhanmu datang serta malaikat baris demi baris.” Dituturkan bahwa adegan ini adalah awal dari pembangkitan manusia.
Setelah manusia dibangkitkan dari alam kuburnya, langkah berikutnya adalah penggiringan dan pengumpulan. Tahapan ini memiliki dua arti: pertama, manusia dikeluarkan dari kuburnya dan digiring ke tempat pengumpulan. Kedua, manusia dihidupkan kembali setelah mati dan dikumpulkan untuk pengadilan.
Berikut ini adalah gambaran yang lebih rinci tentang adegan tersebut.
Pertama, proses penggiringan. Setelah manusia dibangkitkan, mereka bingung dan tidak tahu harus berbuat apa. Mereka akan digiring seperti rombongan yang terpental. Menurut riwayat hadis, manusia akan digiring dalam keadaan telanjang, tak berdasar dan tak bersunat. Ini adalah penggiringan yang penuh dengan ketakutan dan ketidakpastian.
Kedua, proses pengumpulan. Manusia yang sudah digiring kemudian akan dikumpulkan di padang Mahsyar, sebuah tempat yang sangat luas. Seluruh manusia, dari masa Adam sampai hari kiamat, akan dikumpulkan di tempat tersebut tanpa ada yang tertinggal. Siapapun dan dari mana pun mereka, baik itu kaya atau miskin, penguasa atau rakyat jelata, semuanya akan berada dalam kondisi sama.
Ketika semua sudah berkumpul, barulah dimulailah proses pengadilan. Setiap individu dihadapkan pada catatan amal perbuatannya dalam hidup. Ini adalah saat ketetapan dan keadilan Ilahi menentukan nasib abadi setiap individu.
Jadi, setelah manusia dibangkitkan dari alam kuburnya, manusia digiring dan dikumpulkan di padang Mahsyar, tempat dimana semua manusia akan diperiksa dan diberi balasan atas apa yang telah mereka lakukan selama hidup di dunia. Momen ini adalah momen keadilan dimana tidak ada lagi perbedaan antara yang miskin dan yang kaya, yang lemah dan yang kuat, karena semua akan mendapatkan balasan setimpal dari Tuhan.