Agama Islam merupakan agama dengan pengikut terbanyak kedua di dunia setelah Kristen, dan Indonesia memiliki populasi Muslim terbesar di dunia. Penyebaran Islam di Nusantara, yang sekarang menjadi Indonesia, adalah sebuah fenomena yang menarik untuk ditelusuri. Menariknya, peristiwa ini bukanlah akibat dari penaklukan atau kekerasan, namun melalui perdagangan dan interaksi sosial budaya yang damai.
Berawal dari jalur perdagangan yang dibuka antara pedagang Arab dan Nusantara pada abad ke-7 dan 8, interaksi ini memainkan peran sentral dalam penyebaran Islam. Pedagang Arab tidak hanya membawa barang-barang dagangan, namun juga ajaran agama Islam. Mereka menikah dengan penduduk lokal, mendirikan keluarga dan dengan begitu ajaran Islam mulai berkembang di kalangan komunitas lokal melalui interaksi dan perkawinan.
Selain itu, terdapat pula konsep ‘Dawah Bil Hal’ yang berarti penyebaran agama melalui cara hidup. Para pedagang dan penyebar agama melakukan penyebaran ajaran Islam melalui perilaku dan contoh hidup mereka sehari-hari, bukannya melalui paksaan atau konflik. Hal ini menunjukkan bahwa penyebaran Islam ke Nusantara dilakukan dengan cara yang penuh kedamaian dan kasih sayang.
Saintis budaya juga berpendapat bahwa adopsi Islam oleh penduduk Nusantara sebenarnya merupakan bentuk resistansi terhadap penguasaan agama sebelumnya yang dianggap menindas oleh penduduk kelas bawah. Dengan demikian, banyak rakyat yang berbondong-bondong memeluk Islam sebagai bentuk protes dan pencarian akan keadilan sosial.
Namun, penyebaran Islam di Nusantara tidak lepas dari pengaruh politik dan kerajaan. Beberapa kerajaan di Nusantara memeluk Islam dan menjadikannya agama resmi kerajaan, yang berkontribusi besar terhadap penyebaran agama Islam. Salah satu contoh nyata adalah kerajaan Samudera Pasai yang menjadi pintu masuk Islam di Indonesia.
Dalam hal ini, Islam bukanlah agama yang dipaksa, melainkan agama yang diterima dengan hati yang lapang oleh masyarakat Nusantara karena meningkatkan harkat dan martabat manusia. Konsekuensinya, penyebaran agama Islam bisa dikatakan terjadi dengan damai dan harmonis.
Optimalisasi dari proses penyebaran Islam ini masih dirasakan hingga kini. Jejak para penyebar Islam masih kuat dan masih terjaga di berbagai wilayah di Indonesia. Dampak dari penyebaran Islam di Nusantara ini adalah lahirnya keragaman budaya dan tradisi yang berakar kuat pada ajaran-ajaran Islam, namun tetap mempertahankan keunikan budaya lokal.
Jadi, secara global, kita bisa menyatakan dengan yakin bahwa penyebaran agama Islam di Nusantara dilakukan secara damai dan harmonis, sebuah fenomena yang memberikan penekanan pada dialog dan interaksi sosial budaya, bukannya penaklukan dan kekerasan.