Sejak awal peradaban manusia, kita bergumul dengan pertanyaan mengenai takdir dan kehidupan. Pertanyaan ini direfleksikan dalam pemahaman kita bahwa Allah mengetahui apa yang dikandung setiap perempuan di dalam perutnya. Apakah anak itu laki-laki atau perempuan, apakah dia celaka ataukah bahagia.
Namun, makna yang lebih dalam ternyata terkandung dalam pemahaman ini. Allah, dalam ilmu-Nya yang Maha Luas, juga mengetahui apa yang kurang dari rahim perempuan, yakni janin yang kemungkinan mengalami keguguran atau dilahirkan sebelum waktu sembilan bulan. Tidak hanya itu, Allah juga mengetahui apa yang lebih dari masa kehamilan standar sembilan bulan.
Ini adalah bukti bahwa setiap manusia, sejak awal masa kehidupannya hingga pertumbuhannya dalam kandungan ibu, telah berada di bawah pengetahuan dan perencanaan Allah. Takdir kita, baik kurang maupun bertambah, telah ditetapkan oleh-Nya dengan ketentuan-ketentuan yang baik dan tidak akan ada yang mampu melampaui kebijaksanaanNya.
Pelajaran yang bisa kita petik disini adalah bahwa kehidupan kita, dalam segala kondisi dan situasi, adalah bagian dari rencana Allah. Kita harus menerima dan menghargai hidup ini sebagai anugerah. Dia mengetahui apa yang terbaik untuk kita dan apa yang kita butuhkan dalam hidup ini. KetetapanNya adalah penegasan dari kasih sayang dan rahmatNya, yang tidak akan pernah terselesaikan dan akan selalu ada untuk kita.
Kita harus meyakini bahwa Allah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. Ini adalah fondasi iman kita terhadapNya dan keyakinan kita bahwa, di balik segala sesuatu yang nampak kurang atau lebih dalam pandangan kita, ada kebaikan dan hikmah yang ditetapkanNya.
Oleh karena itu, mari kita terima kehidupan ini dengan penuh syukur dan kesabaran, serta berdoa dan berharap kepada Allah untuk hikmah dan kebahagiaan yang lebih besar dalam hidup ini.
