Insan, makhluk paling istimewa dalam alam semesta ini, telah dihadiri dengan beragam tingkat kecenderungan berakhlak dan spiritual, dan dalam setiap jiwa terdapat kefasikan dan ketakwaan, ditunjukkan oleh kehidupan sehari-hari. Menurut ajaran Islam, konsep ini sangatlah penting;sesungguhnya Allah SWT telah mengilhamkan ke dalam jiwa manusia kecenderungan ini—baik yang menuju arah kefasikan maupun yang menuju arah ketakwaan.
Kefasikan dan Ketakwaan: Dua Sisi dari Jiwa Manusia
Setiap individu memiliki kedua sisi tersebut di dalam dirinya, antara kefasikan (kesesatan) dan ketakwaan (kebaikan). Kecenderungan kefasikan mencerminkan nafsu dan keinginan manusia yang mementingkan dunia dan kehidupan duniawi semata, yang bisa berpotensi menjadikan manusia tersesat dari jalan-Nya. Di sisi lain, kecenderungan ketakwaan adalah sisi spiritual manusia yang berorientasi terhadap kebaikan, nilai-nilai moral, dan ketuhanan—disini, jiwa manusia berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah dan sesuai dengan petunjuk-Nya.
Pengaruh Allah dalam Kehidupan Sehari-hari Manusia
Allah SWT selaku Sang Pencipta, mengarahkan dan mengilhamkan ke dalam jiwa manusia kedua kecenderungan tersebut. Ini memberikan manusia kebebasan untuk memilih dan memutuskan mana yang harus dipilih dan ditekuni. Maka sejatinya, manusia memiliki kebebasan untuk menentukan takdir dan masa depannya sendiri, namun selalu dalam kontrol dan pengawasan-Nya.
Orang-Orang yang Beruntung
Menurut ajaran Islam, orang-orang yang beruntung adalah mereka yang mampu menemukan keseimbangan dan memilih jalan yang benar yaitu jalan ketakwaan. Orang-orang beruntung ini bukanlah mereka yang terbebas dari dosa atau tanpa cacat, namun mereka adalah orang-orang yang memilih untuk memperjuangkan jiwa mereka menuju jalan kebaikan, yaitu jalan Allah. Mereka bertekad kuat untuk memanfaatkan setiap obstakel dan tantangan sebagai pelajaran dan kekuatan untuk terus menerus melakukan perbaikan diri dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Dengan kata lain, orang yang beruntung adalah orang yang mampu memahami bahwa kehidupan ini adalah ujian dan memilih untuk selalu meminta bimbingan dari Allah dalam melalui berbagai rintangan dan tantangan.
Untuk menjadi orang yang beruntung, kita harus terus menerus berjuang melawan nafsu kefasikan dan selalu berusaha untuk meningkatkan ketakwaan kita. Kita harus selalu mengingat bahwa Allah selalu mengawasi dan mencoba untuk melakukan yang terbaik dalam setiap situasi.
Dalam perjalanan ini, doa dan ibadah adalah alat vital. Mereka adalah cara kita berkomunikasi dengan Allah dan meminta petunjuk dan bimbingan-Nya. Dengan memahami dan mempraktikkan ini, kita bisa mencapai kedamaian dan kebahagiaan dalam hidup, yang merupakan tujuan akhir kita semua.
Dengan demikian, dapatlah kita semakin mengerti dan merasakan betapa pentingnya bagi kita untuk senantiasa berusaha mengendalikan dan memilih arah kecenderungan diri kita, agar kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang beruntung menurut ajaran Islam.