Penggalan hikayat di atas mengisahkan tentang dua orang anak baginda yang mulai mengaji ketika mereka berusia tujuh tahun. Mereka belajar kepada mualim Sufian, dan setelah mereka memahami mengaji, mereka diperintahkan belajar kitab usul, fikih, hingga saraf, dan tafsir. Dalam konteks ini, penggalan hikayat ini tampaknya berasal dari era kesultanan atau kerajaan, yang sering dipenuhi oleh nilai-nilai tradisional dan etika tinggi. Berdasarkan kisah ini, kita dapat mengekstrak beberapa nilai penting:
1. Nilai Pendidikan
Pendidikan jelas merupakan nilai utama dalam kisah ini. Anak-anak baginda diperintahkan belajar (mengaji) pada usia tujuh tahun, yang menunjukkan betapa pentingnya pendidikan bagi pemimpin pada masa itu. Belajar tidak hanya mencakup kegiatan menghafal dan membaca, tetapi juga pemahaman mendalam tentang berbagai subjek, termasuk usul (prinsip-prinsip agama), fikih (hukum Islam), saraf (ilmu bahasa), dan tafsir (interpretasi Al-Quran).
2. Nilai Disiplin
Dalam hikayat tersebut, anak-anak diarahkan untuk belajar banyak subjek yang berbeda. Ini menunjukkan nilai disiplin karena anak-anak perlu mengikuti instruksi dan belajar berbagai ilmu pengetahuan yang sulit dan kompleks.
3. Nilai Kerohanian
Konteks religius dalam hikayat ini dengan mengaji dan belajar kitab-kitab agama menyoroti nilai kerohanian yang tinggi. Ini menunjukkan betapa pentingnya pendekatan rohani dalam pendidikan dan betapa pentingnya ini bagi masyarakat pada waktu itu.
4. Nilai Penghargaan terhadap Ilmu Pengetahuan
Mengingat anak-anak didorong untuk belajar berbagai disiplin ilmu pengetahuan seperti usul, fikih, saraf, dan tafsir, jelas bahwa masyarakat di zaman tersebut memiliki penghargaan tinggi terhadap pengetahuan dan belajar.
Kesimpulannya, penggalan hikayat ini menunjukkan beberapa nilai penting seperti pentingnya pendidikan, disiplin, kerohanian, dan penghargaan terhadap ilmu pengetahuan. Ini mencerminkan peranan penting nilai-nilai ini dalam masyarakat pada waktu itu dan bagaimana mereka dipertahankan dan ditingkatkan melalui pendidikan.