Budaya

Analisis Penggalan Hikayat: “Sebermula, Maka adalah pada masa itu dalam pulau singapura itu tiadalah ada binatang buas atau jinak yang kelihatan melainkan tikus”

×

Analisis Penggalan Hikayat: “Sebermula, Maka adalah pada masa itu dalam pulau singapura itu tiadalah ada binatang buas atau jinak yang kelihatan melainkan tikus”

Sebarkan artikel ini

Dalam penggalan hikayat tersebut, kita diajak merasakan pengalaman dan pengetahuan penulis dalam menggambarkan situasi yang dialami di masa lalu di pulau Singapura. Penulis menggunakan penggalan hikayat ini untuk mengeksplorasi tema lingkungan, alam liar, dan interaksi antara manusia dan binatang.

Dari paragraf pertama, penulis menggambarkan Singapura sebagai tempat yang tidak memiliki binatang buas atau jinak lainnya selain tikus. Secara jelas penulis menggambarkan bahwa jumlah tikus sangat banyak, hingga mencapai beribu-ribu. Besarnya tikus diperbandingkan dengan ukuran kucing, hal ini menunjukkan betapa besar dan beratnya tikus yang ada di Singapura saat itu.

Paragraf kedua membahas interaksi antara manusia dan binatang. Dalam penggalan hikayat ini, tikus-tikus menyerang sekelompok kucing yang menjadi peliharaan penulis. Tidak hanya menyerang, tikus-tikus tersebut bahkan menggigit kucing hingga tidak bisa bergerak. Ini menggambarkan bahwa kondisi alam di Singapura sangat berbahaya bagi kucing.

Pada akhirnya, penulis mengakhiri penggalan hikayat dengan memberikan penekanan tentang bagaimana kucing tersebut terdiam dan hanya bisa mengiau-ngiau saja saat dikeroyok oleh tikus.

Secara umum, penggalan hikayat ini mengungkapkan gambaran tentang kehidupan di Singapura pada masa lalu, dimana tikus adalah binatang paling dominan yang berpotensi menimbulkan bahaya bagi hewan lainnya seperti kucing. Pengalaman tersebut dituturkan oleh penulis dengan menggunakan logat dan idiom yang khas, memberikan kita gambaran yang kaya dan beragam tentang sejarah dan budaya Singapura.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *