Dalam proses pembelajaran, tugas dan aktivitas belajar dirancang untuk membantu siswa mengembangkan pengetahuan dan keterampilan mereka. Namun, terkadang, beberapa siswa mungkin memilih untuk tidak menyelesaikan tugas-tugas tersebut. Biasanya, ada konsekuensi tertentu yang ditetapkan oleh guru atau institusi pendidikan untuk mengejar kedisiplinan dan etos kerja. Dalam kasus Andi, seorang siswa yang dihukum oleh gurunya karena tidak mengerjakan tugas, kita melihat contoh yang tepat dari akomodasi dalam konteks disiplin pendidikan.
Andi dihukum oleh gurunya, bukan karena kesalahan sederhana atau tindakan tanpa pikir yang dilakukan sekali. Sebaliknya, ini adalah konsekuensi dari pola perilaku yang berulang – Andi berulang kali tidak menyelesaikan tugasnya. Jadi, hukuman ini bukanlah hukuman tanpa alasan melainkan merupakan respon terhadap perilaku Andi yang terus menerus dan berulang kali melanggar norma yang telah ditetapkan.
Dari perspektif pendidikan, sikap guru untuk memberikan hukuman kepada Andi dapat dilihat sebagai bentuk akomodasi. Akomodasi, dalam konteks ini, bukan berarti guru memberikan toleransi atau menurunkan standar untuk Andi, tetapi sebaliknya. Guru tersebut, dengan memberikan hukuman, berusaha untuk menganjurkan Andi agar menyesuaikan perilakunya dengan ekspektasi dan norma yang telah ditetapkan.
Akomodasi ini berbentuk disiplin untuk membantu Andi memahami pentingnya menyesuaikan sikap dan perilakunya dengan standar dan harapan yang ada. Hal ini juga bertujuan untuk mendorong perubahan positif dalam sikap dan perilakunya, termasuk pentingnya menyelesaikan tugas tepat waktu dan menghargai norma yang dianut dalam komunitas sekolah.
Jadi, melalui hukuman, guru berusaha melakukan akomodasi: menyesuaikan konteks untuk membantu siswa memahami dan mematuhi norma dan harapan. Ini merupakan upaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih efektif dan produktif di mana setiap siswa, termasuk Andi, dapat berkembang dan belajar dengan cara yang paling baik bagi mereka.