Stress adalah suatu kondisi yang muncul sebagai respon tubuh manakala dihadapkan pada situasi yang menantang atau memaksa. Terkadang mekanisme tubuh ini mampu memberikan efek positif, di mana seseorang mendapatkan kekuatan serta motivasi untuk melampaui hambatan. Namun, stress juga bisa berdampak negatif bila mekanisme tubuh tidak mampu menanganinya dengan tepat. Lantas, organ apa sebenarnya yang berperan penting dalam mengontrol mekanisme tubuh dalam menghadapi stress?
Sistem Saraf Otonom
Organ pertama yang berperan penting dalam stress adalah sistem saraf otonom yang terdiri dari sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Sistem saraf otonom ini adalah bagian dari sistem saraf perifer yang mengontrol fungsi-fungsi tubuh secara tidak sadar. Salah satu fungsi utamanya adalah mempersiapkan tubuh untuk merespon terhadap stres.
Saat menghadapi stress, sistem saraf simpatis akan memicu respons ‘fight or flight’, menyiapkan tubuh untuk berperang atau melarikan diri. Ini dilakukan melalui pelepasan hormon adrenalin dan noradrenalin yang memicu peningkatan detak jantung, tekanan darah, dan metabolisme glikogen untuk menghasilkan energi. Sebaliknya, sistem saraf parasimpatis bertanggung jawab untuk meredam respons ini setelah ancaman tidak ada, mengembalikan tubuh ke kondisi normal.
Kelenjar Adrenal
Kelenjar adrenal adalah organ kedua yang berperan penting dalam mekanisme tubuh yang merespon stress. Kelenjar ini terletak di bagian atas ginjal dan memiliki dua bagian utama, yakni cortex adrenal dan medula adrenal. Medula adrenal menghasilkan hormon adrenalin dan noradrenalin, sedangkan cortex adrenal menghasilkan kortisol, yang secara signifikan berkontribusi pada respons tubuh terhadap stres.
Kortisol, dikenal juga sebagai “hormon stres”, membantu tubuh merespon stres dengan mengubah protein, lemak, dan karbohidrat menjadi glukosa untuk energi. Ini juga memberikan efek anti-inflamasi dan bisa menstabilkan tekanan darah.
Mekanisme kerja kortisol ini dipengaruhi oleh hipotalamus dan kelenjar pituitari dalam apa yang disebut “sumbu Hipotalamus-Pituitari-Adrenal (HPA)”. Hipotalamus akan melepaskan hormon yang mempengaruhi kelenjar pituitari untuk melepaskan hormon adrenokortikotropik (ACTH). ACTH kemudian mempengaruhi kelenjar adrenal untuk melepas kortisol.
Secara keseluruhan, mekanisme tubuh dalam merespon stres cukup kompleks dan melibatkan beberapa organ utama, termasuk sistem saraf otonom dan kelenjar adrenal, serta hipotalamus dan kelenjar pituitari. Meski begitu, endgame adalah sama, yaitu menjaga keseimbangan atau homeostasis dalam tubuh.