Nabi Yusuf AS adalah salah satu sosok yang sangat dihargai dalam ajaran Islam, kisahnya dikisahkan dalam surat Yusuf dalam Al-Qur’an. Dia dikenal karena integritas, ketekunan, dan maafnya yang luas, terutama dalam menghadapi pengkhianatan oleh saudara-saudaranya sendiri.
Pengkhianatan Saudara-Saudaranya
Nabi Yusuf AS adalah anak kesayangan ayahnya, Nabi Ya’qub AS. Hal ini memicu kecemburuan di antara saudara-saudara Yusuf yang lain. Mereka merencanakan untuk membunuh Yusuf untuk membebaskan diri dari perhatian ayah mereka yang tak terbagi. Namun, mereka akhirnya memutuskan untuk membuangnya ke dalam sumur dengan harapan dia akan ditemukan dan dijadikan budak oleh orang lain. Kisah ini mencapai puncaknya saat saudara-saudaranya kembali kepada ayah mereka dan menggelontorkan alibi palsu tentang kepergian Yusuf.
Akui Kesalahan dan Permohonan Memaaf
Banyak tahun berlalu dan Yusuf yang kini telah menjadi pejabat tinggi di Mesir bertemu dengan saudara-saudaranya, yang tidak mengenalinya. Ketika akhirnya identitasnya terungkap, saudara-saudara Yusuf menyerahkan diri dan mengakui kesalahan mereka. Mereka merasa menyesal atas perbuatan mereka dahulu dan memohon ampun kepada Yusuf.
Respon Nabi Yusuf AS
Bagaimana respon Yusuf atas pengakuan dan permintaan pengampunan ini? Di sinilah kita melihat kebesaran karakter Nabi Yusuf AS. Melihat saudara-saudaranya dengan perasaan bersalah dan penyesalan, Yusuf memilih untuk memberikan pengampunan dan belas kasihan.
Respon Nabi Yusuf AS seperti yang tercatat dalam surat Yusuf ayat 92 adalah, “Tiada ‘atash (cercaan) ataskalian pada hari ini. Semoga Allah mengampuni kamu, dan Dialah Yang Maha Penyayang di antara yang penyayang.”
Respon ini bukan hanya menunjukkan besarnya budi pekerti Yusuf, tetapi juga kekuatannya dalam mempraktikkan maaf, toleransi, dan kasih sayang, daripada balas dendam. Dia menunjukkan kemampuan luar biasa untuk melihat melampaui kesalahan masa lalu dan berfokus pada pembinaan hubungan yang lebih baik pada masa depan.
Kesimpulan
Kisah Nabi Yusuf AS dan saudaranya adalah pelajaran tentang pengampunan, penyesalan, dan pembaharuan. Nabi Yusuf AS memimpin dengan contoh dalam memberikan maaf dan memilih untuk merangkul saudaranya daripada membalas dendam. Kisah ini mengingatkan kita bahwa pengampunan adalah bagian penting dari perjalanan kebaikan dan kemajuan spiritual. Seperti Yusuf, kita juga harus berusaha untuk mengampuni dan melanjutkan hidup; mungkin itu adalah kebijaksanaan sejati.