Diskusi

Apabila Seseorang Membicarakan Amalannya Sendiri untuk Mendapatkan Pujian dari Orang Lain Disebut Apa?

×

Apabila Seseorang Membicarakan Amalannya Sendiri untuk Mendapatkan Pujian dari Orang Lain Disebut Apa?

Sebarkan artikel ini

Salah satu hal yang tidak asing terjadi dalam kehidupan sosial adalah aktivitas seseorang membicarakan tindakan baik atau amalannya di muka umum. Tujuannya bisa beragam, namun yang paling sering ditemui adalah untuk mendapatkan pujian atau pengakuan dari orang lain. Fenomena ini memiliki beberapa sebutan dan penilaian dalam konteks psikologis dan sosial.

Riya’ dalam Konteks Keagamaan

Dalam konteks Islam, sebutan untuk tindakan membicarakan amal baik dengan tujuan mendapatkan pujian dari orang lain adalah riya’. Ini merupakan istilah Arab yang berarti “pamer” atau “tunjukkan”. Riya’ dilihat sebagai sejenis syirik (penyekutuan terhadap Tuhan), karena seseorang yang berbuat riya’ dikatakan mempersembahkan amalnya bukan untuk Tuhan, melainkan untuk manusia. Hal ini bertentangan dengan prinsip dasar ibadah dalam Islam, yaitu ikhlas.

Showboating dalam Konteks Psikologis

Dalam psikologi, perilaku seseorang yang mendemonstrasikan prestasi atau pencapaian mereka untuk mendapatkan pujian atau pengakuan dari orang lain biasa disebut dengan showboating. Showboating bisa jadi tanda dari kurangnya rasa percaya diri atau kebutuhan untuk validasi dari orang lain. Meskipun tidak secara inheren negatif, showboating yang berlebihan dapat mengarah ke perilaku egois dan kurangnya empati terhadap orang lain.

Virtue Signaling dalam Konteks Sosial

Virtue signaling merupakan istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan orang-orang yang berbicara atau menunjukkan amal baik mereka kepada orang lain untuk mendapatkan penghargaan sosial atau pujian. Istilah ini sering digunakan dalam diskusi politik dan sosial untuk mengkritik perilaku orang yang terlihat berusaha menceritakan kebajikan mereka agar mendapatkan pujian atau dukungan, terutama di media sosial.

Jadi, bagi seseorang yang gemar membicarakan amalannya sendiri dengan tujuan mendapatkan pujian, mungkin perlu dilakukan refleksi diri. Apakah amal dilakukan karena keinginan tulus untuk berbuat baik atau semata-mata untuk menunjukkan diri di depan orang lain? jika yang terakhir, mungkin sudah saatnya untuk mulai berusaha melihat validasi dan pujian dari diri sendiri, bukan orang lain.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *