Budaya

Arman Gagal Mendapatkan Pekerjaan yang Ia Cita-citakan Sejak Belajar di Bangku SMP: Faktor Penghambat Kegagalan Mobilitas Sosial pada Arman

×

Arman Gagal Mendapatkan Pekerjaan yang Ia Cita-citakan Sejak Belajar di Bangku SMP: Faktor Penghambat Kegagalan Mobilitas Sosial pada Arman

Sebarkan artikel ini

Mobilitas sosial, yakni kemampuan seseorang atau keluarga untuk bergerak naik (atau turun) dalam sistem stratifikasi sosial suatu masyarakat, bisa diganggu oleh berbagai faktor. Jika kita melihat dari sudut pandang Arman, yang gagal meraih pekerjaan impian sejak duduk di bangku SMP, bisa kita identifikasi beberapa faktor penghambatnya.

Faktor Pendidikan

Pertama, Arman hanya mampu melanjutkan sekolahnya sampai tingkat SMA. Sebaliknya, Zaki, teman sekelasnya, memilih jalan yang berbeda. Dia memiliki riwayat pendidikan yang lebih tinggi, yang tentu saja memberinya keuntungan ketika berhadapan dengan pasar kerja, akibatnya dia berhasil mendapatkan pekerjaan yang diinginkan Arman dan Zaki.

Pendidikan seringkali menjadi kunci dalam membuka banyak kesempatan kerja. Sebuah tingkat pendidikan yang lebih tinggi biasanya diasosiasikan dengan pemahaman yang lebih tinggi, pengetahuan yang lebih kaya, dan kualifikasi yang lebih baik. Pemberi kerja cenderung lebih memilih kandidat dengan pendidikan lebih tinggi karena mereka percaya bahwa individu tersebut telah diperlengkapi dengan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan.

Faktor Sosioekonomi

Faktor sosioekonomi juga bisa menjadi alasan utama untuk kegagalan mobilitas sosial. Faktor ini mengambil bentuk dalam berbagai sumber daya ekonomi, seperti pendapatan keluarga, kekayaan, dan status pekerjaan. Dalam situasi Arman, dia mungkin tidak memiliki sumber daya ekonomi untuk melanjutkan pendidikannya setelah SMA, menjadikannya tidak berkualifikasi untuk pekerjaan yang diinginkannya. Keterbatasan ekonomi, oleh sebab itu, bisa menjadi penghalang besar untuk mencapai mobilitas sosial.

Faktor Lingkungan dan Budaya

Selain faktor pendidikan dan sosioekonomi, lingkungan dan budaya juga memainkan peran penting dalam mobilitas sosial. Mereka menciptakan suasana yang mempengaruhi mentalitas seseorang tentang apa yang dia rasa mampu capai. Dalam kasus Arman, lingkungan atau budayanya mungkin telah memengaruhinya untuk percaya bahwa pemecahan masalahnya ada pada upaya terbaiknya dalam pekerjaan yang dia miliki sekarang, bukan untuk meraih pekerjaan yang diimpikannya.

Kesimpulan

Dengan mempertimbangkan kasus Arman, kita belajar bahwa pendidikan, faktor sosioekonomi, dan lingkungan atau budaya memiliki peran besar dalam menentukan mobilitas sosial. Mereka menjelaskan mengapa seseorang mungkin tidak dapat mencapai pekerjaan yang dia cita-citakan, bahkan mengalami penurunan dalam status sosial. Pelajaran penting yang harus kita ambil dari kasus ini adalah pentingnya pendidikan, akses ke sumber daya, dan peningkatan pengakuan terhadap nilai-nilai dan aspirasi individu untuk mencapai tujuan mereka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *