Sosial

Bagaimana Cara Menafsirkan Sifat Allah Wahdaniyah Berdasarkan Dalil Naqli dan Dalil Aqli?

×

Bagaimana Cara Menafsirkan Sifat Allah Wahdaniyah Berdasarkan Dalil Naqli dan Dalil Aqli?

Sebarkan artikel ini

Allah memiliki sifat-sifat yang khas dan unik, sehingga pantas layak bagi-Nya dan tidak dapat ditemukan pada makhluk lainnya. Salah satu sifat-Nya adalah Wahdaniyah. Menurut bahasa, Wahdaniyah berarti kesatuan atau keesaan. Berhubungan dengan Allah, ini berarti bahwa Allah adalah satu dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Hanya Dia yang layak disembah dan diikuti. Bagaimana kita bisa menafsirkan sifat Allah ini berdasarkan dalil Naqli dan dalil Aqli?

Menafsirkan Wahdaniyah Melalui Dalil Naqli

Dalil Naqli adalah suatu bukti atau argumen yang berasal dari sumber agama, seperti Al-Qur’an atau Hadits. Ada banyak dalil Naqli yang bisa digunakan untuk membuktikan Wahdaniyah Allah.

Misalnya, dalam Al-Qur’an Surah Al-Ikhlas ayat 1, dipaparkan:

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ

“Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.”

Ayat ini dengan jelas menegaskan prinsip Wahdaniyah, bahwa Allah adalah satu, unik dan tidak ada sekutu bagi-Nya.

Menafsirkan Wahdaniyah Melalui Dalil Aqli

Dalil Aqli adalah argumen atau bukti yang berlandaskan pada akal atau logika. Kaitannya dengan Wahdaniyah, kita bisa membahas hal ini dari sudut pandang keberaturan dan keseragaman alam semesta. Keseragaman dan keberaturan alam semesta jauh melebihi apa yang bisa dicapai oleh banyak tangan dan pikiran. Ini menyiratkan adanya satu Pencipta Maha Esa yang memiliki kedaulatan atas segala sesuatu.

Sifat Wahdaniyah Allah tegas dan jelas dari segala perspektif, baik itu dalil Naqli maupun Aqli. Perbedaannya hanyalah dalam metode penjelasan dan pembuktian.

Berkenaan dengan Allah, kemudahaan dan kesederhanaan dalam memahami sifat Wahdaniyah-Nya (kesatuan dan keunikan-Nya) meningkatkan nilai tawhid di mata umat manusia dan menjauhkan mereka dari syirik dan kesalahan paham lainnya.

Jadi, jawabannya apa? Pengertian sifat Wahdaniyah Allah adalah keesaan-Nya, di mana tidak ada sekutu bagi-Nya. Ini dapat dibuktikan dan ditafsirkan melalui dalil Naqli dan dalil Aqli, yang masing-masing merujuk kepada Al-Qur’an dan Hadits, dan penggunaan akal atau logika kita dalam memahami dunia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *