Sekolah

Bagaimana Sikap Nabi Yusuf Alaihissalam Ketika Saudara-Saudaranya dan Ayahnya Datang Ke Istana?

×

Bagaimana Sikap Nabi Yusuf Alaihissalam Ketika Saudara-Saudaranya dan Ayahnya Datang Ke Istana?

Sebarkan artikel ini

Nabi Yusuf Alaihissalam adalah seorang tokoh penting dalam agama Ibrahimik yang dibeberkan oleh Allah SWT melalui Al-Qur’an Surah Yusuf. Kisah beliau merupakan manifestasi kisah cinta, kesabaran, pengampunan, dan kuasa Allah SWT. Sekilas tentang kisah Nabi Yusuf, dia merupakan anak kesayangan Nabi Ya’qub AS yang memiliki 12 putra. Namun, kemudian dia dibuang oleh saudara-saudaranya sendiri karena iri hati dan ditempatkan ke dalam sumur.

Berkaitan dengan pertanyaan, bagaimana sikap Nabi Yusuf Alaihissalam ketika saudara-saudaranya dan ayahnya datang ke istananya, terdapat dalam Al-Qur’an Surah Yusuf ayat 58 hingga 101.

Kedatangan Saudara-Saudaranya

Saudara-saudara Nabi Yusuf datang ke Mesir untuk mencari makanan karena adanya kekeringan di Kanaan. Mereka tidak mengetahui bahwa Yusuf yang telah mereka buang ke sumur bertahun-tahun sebelumnya, kini menjadi orang nomor dua di Mesir setelah Firaun. Nabi Yusuf, yang mengenali saudara-saudaranya, merahasiakan identitasnya. Dia berlaku adil dan baik kepada mereka, meskipun mereka pernah berlaku zalim terhadap dirinya (QS. Yusuf: 58-70).

Kedatangan Ayahnya

Setelah beberapa perputaran kejadian, akhirnya Nabi Ya’qub beserta seluruh keluarganya datang ke Mesir untuk bertemu Yusuf. Ketika mereka sampai, Nabi Yusuf langsung memeluk ayah dan ibunya serta meminta mereka duduk di atas tahta (QS. Yusuf: 100).

Ini menunjukkan sikap hormat dan kasih sayang yang besar Nabi Yusuf terhadap orang tuanya. Nabi Yusuf juga menyampaikan kepada ayahnya bahwa itu semua adalah realisasi dari mimpi yang dulu diceritakan Nabi Yusuf kepada ayahnya, Nabi Ya’qub. Inilah interpretasi dari mimpinya, bahwa matahari, bulan dan sebelas bintang sujud kepadanya.

Kesimpulan

Riwayat tentang kedatangan saudara-saudara dan ayah Nabi Yusuf ke istana ini melukiskan sosok Nabi Yusuf sebagai pribadi yang penuh pengampunan, cinta, dan kesetiaan. Walaupun diperlakukan dengan cara yang salah oleh saudaranya, Nabi Yusuf memaafkan mereka dan tetap berlaku adil. Ketika ayahnya datang, dia menunjukkan kasih sayang dan penghormatannya.

Referensi dari Al-Qur’an ini memberi pelajaran berharga tentang arti maaf, pengampunan, dan kasih sayang dalam hubungan antar keluarga.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *