Konteks dan Tantangan
SD Bhakti Agung, yang berada di pinggiran Kota Sumba Timur, merupakan sekolah dasar kecil yang menghadapi berbagai tantangan. Fasilitas yang terbatas dan jumlah guru yang kurang menciptakan kondisi yang menuntut kreativitas dan inovasi dalam proses belajar mengajar. Sekolah ini memiliki lima ruang kelas, termasuk ruang guru dan kepala sekolah. Jumlah guru hanya ada empat orang, dan mereka digaji dengan bantuan donatur. Rata-rata peserta didik sekolah ini berasal dari keluarga yang tidak mampu, antara lain pemulung, buruh tidak tetap, atau gelandangan. Kemiskinan ini tidak mencegah sekolah tersebut untuk tetap menyelenggarakan pendidikan.
Bu Ajeng, salah seorang guru di sekolah ini, memegang tanggung jawab mengajar kelas III dan IV dalam satu ruangan. Kelas III berjumlah tujuh anak dan kelas IV berjumlah delapan anak. Bagaimana proses pembelajaran yang akan dilakukan oleh Bu Ajeng dan bagaimana tata ruang kelas yang akan disusunnya?
Strategi Pembelajaran Bu Ajeng
Dalam menghadapi kondisi tersebut, Bu Ajeng dapat menerapkan metode pembelajaran yang dinamis dan fleksibel. Metode yang dapat diaplikasikan antara lain:
- Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM): Metode ini melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dan menekankan kegiatan belajar yang kreatif dan menyenangkan.
- Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL): Metode ini menekankan hubungan antara materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari sehingga lebih mudah dimengerti siswa.
- Pembelajaran Peer Teaching: Dalam metode ini, siswa diajarkan untuk saling mengajar, sehingga Bu Ajeng dapat memberi perhatian lebih pada siswa yang membutuhkan bimbingan lebih.
Tata Ruang Kelas
Tata ruang di kelas harus disiapkan dengan matang. Idealnya, pengaturan tempat duduk siswa kelas III dan IV dibuat terpisah untuk meminimalisir kebingungan antara kedua kelas tersebut. Bu Ajeng dapat membuat dua area belajar yang berbeda dalam satu kelas dan memanfaatkan papan tulis yang ada sebagai pemisah visual.
Guru dan siswa dapat bekerja sama untuk membuat tanda atau simbol yang melambangkan setiap kelas sehingga siswa dapat mengidentifikasi area belajar mereka masing-masing. Bu Ajeng juga dapat menyusun jadwal pembelajaran yang bergantian antara kelas III dan IV untuk memastikan setiap siswa mendapatkan perhatian dan bimbingan yang cukup.
Kesimpulan
Meski SD Bhakti Agung dihadapkan pada berbagai tantangan, Bu Ajeng dan teman-teman guru lainnya tetap berkomitmen untuk memberikan pendidikan terbaik bagi siswa mereka. Menerapkan strategi pembelajaran yang kreatif dan inovatif serta mengatur tata ruang kelas yang memaksimalkan penggunaan sumber daya yang ada, Bu Ajeng dapat menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan kondusif bagi siswa kelas III dan IV.