Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang telah ada sejak lama dalam sastra Indonesia. Masyarakat nusantara mengenal dan memakai pantun sebagai media komunikasi, baik dalam upacara adat, hiburan, maupun keseharian hidup.
Pantun memiliki struktur yang khas dan unik, dengan empat baris dalam satu baitnya. Bait pantun dapat dipecah ke dalam dua bagian, yaitu sampiran dan isi.
Pada kesempatan ini, yang akan kita bahas adalah ‘Bagian pantun yang berfungsi sebagai pengantar adalah’, yang merupakan sampiran.
Sampiran adalah dua baris awal dalam pantun yang berfungsi sebagai pengantar. Sampiran secara teknis seringkali tak ada hubungannya dengan isi pantun, namun pada umumnya memiliki kaitan secara makna atau suasana. Sampiran biasanya digunakan sebagai pemanis dan pembangun suasana sebelum isi atau pesan utama disampaikan.
Contoh jika kita memiliki pantun:
Burung nuri terbang melayang,Elak batang kayu meringkuk,Hilang hati karena rindu,Cinta bersemi karena merinduk.
Dua baris pertama, ‘Burung nuri terbang melayang, elak batang kayu meringkuk’, merupakan sampiran. Fungsi dari sampiran di sini adalah sebagai pengantar kepada isi atau maksud utama pantun, yaitu ‘Hilang hati karena rindu, cinta bersemi karena merinduk’.
Jadi, bagian pantun yang fungsinya sebagai pengantar adalah sampiran. Sampiran memiliki fungsi penting dalam membuat pantun menjadi menarik dan menyentuh perasaan pendengar atau pembaca sebelum pesan utama disampaikan.
Jadi, jawabannya apa? Bagian pantun yang memiliki fungsi sebagai pengantar adalah sampiran. Sampiran berperan penting dalam membangkitkan rasa penasaran dan emosi pendengar sebelum menyingkap isi atau pesan utama pantun.