Dalam era globalisasi saat ini, semakin banyak masyarakat yang berinteraksi dengan berbagai budaya dan latar belakang yang berbeda. Masyarakat multikultural adalah gambaran dari kehidupan sosial yang beragam. Memahami dan mengapresiasi perbedaan-perbedaan ini adalah bagian penting dari sikap kritis yang perlu dikembangkan. Namun, ada juga beberapa hal yang sering kali disalahartikan sebagai sikap kritis dalam konteks masyarakat multikultural.
Pertama, sikap stereotip. Stereotipe adalah suatu penggambaran yang disederhanakan dan sering kali bersifat negatif tentang kelompok masyarakat tertentu. Meski seringkali dianggap sebagai cara untuk memahami budaya lain, namun penggunaan stereotipe sebenarnya bukanlah sikap kritis. Sikap ini malah menutup kemungkinan untuk kita memahami nuansa dan kompleksitas budaya tersebut.
Kedua, sikap etnosentrisme. Etnosentrisme adalah sikap yang memandang budaya sendiri sebagai budaya yang paling superior dan menggunakan budaya sendiri sebagai standar penilaian budaya lain. Hal ini jelas bukan bagian dari sikap kritis. Justru, sikap kritis dalam masyarakat multikultural menuntut kita untuk bisa melihat budaya lain dengan lensa yang objektif dan tidak bias.
Ketiga, sikap intoleransi. Intoleransi, yakni ketidakmampuan untuk menerima atau menghargai perbedaan, adalah sikap yang tidak hanya bertentangan dengan sikap kritis, namun juga merusak bagi masyarakat multikultural. Sikap kritis dalam konteks ini menuntut kita untuk justru mengapresiasi perbedaan dan melihatnya sebagai peluang untuk belajar dan berkembang.
Oleh karena itu, dalam konteks kehidupan masyarakat multikultural, sikap kritis tidak hanya tentang memahami dan menghargai perbedaan, namun juga tentang kemampuan untuk melihat perbedaan tersebut secara objektif, tanpa prasangka, dan dengan keterbukaan untuk belajar dan berkembang. Itulah yang sesungguhnya sikap kritis dalam masyarakat multikultural.