Pantun adalah salah satu bentuk sastra tradisional yang telah lama ada dan berkembang dalam masyarakat Indonesia. Pantun memiliki struktur khusus, terdiri atas empat baris dan setiap baris diakhiri dengan rima akhir yang menyimpan makna. Pantun juga sering digunakan sebagai alat komunikasi atau dialog antarpribadi. Dalam artikel ini, kita akan membahas balasan untuk pantun berikut, “Tanpa Madu Minum Jamu Rasanya Jadi Pahit Sekali, Hai Teman Kemana Saja Dirimu Tak Kunjung Datang Kemari?”
Berikut adalah balasan pantun tersebut:
Tanpa gula kopi hitam amarahnya menggoda,Halo sahabat tak perlu meratap kau tak berkunjung sini.Ke mana pun kau berkelana di ujung dunia celah waktu,Hilang di keramaian atau pun tenggelam dalam sunyi.
Pantun balasan ini memiliki rima yang cocok dan pesan yang sejalan dengan pantun awal. Berawal dari kopi hitam yang pahit jika tidak ditambah gula, kita beralih ke topik berkunjung, yaitu sesuatu yang dibahas dalam dua baris terakhir pantun asli.
Baris pertama dari balasan, “Tanpa gula kopi hitam amarahnya menggoda,” serupa dengan baris pertama pantun awal, “Tanpa Madu Minum Jamu Rasanya Jadi Pahit Sekali.” Keduanya membahas tentang minuman yang menjadi pahit jika tidak ditambah manis, baik itu madu atau gula. Namun, dalam balasan, ada tambahan pesan tentang bagaimana pahit bisa membangkitkan amarah, menambah lapisan makna pada pantun.
Baris ke tiga dan ke empat dari balasan pantun, merespon baris ke tiga dan ke empat dari pantun asli, masing-masing berkaitan dengan topik kunjungan teman. Dalam balasan, kita mengetahui bahwa alasannya tidak berkunjung mungkin karena berkelana atau tenggelam dalam situasi yang sunyi.
Jadi, jawabannya apa?
Jawabannya adalah pantun balasan di atas. Pantun ini berisi balasan atas pantun awal, dengan rima dan tema yang sejalan. Selain itu, pantun ini juga menggambarkan bahwa setiap kata atau peribahasa yang kita ungkapkan dapat memiliki banyak makna dan interpretasi.