Komunikasi adalah proses pertukaran informasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Dalam proses ini, terkadang kita mengalami suatu fenomena yang disebut sebagai ‘noise’ atau gangguan. Noise dalam komunikasi bisa terjadi dalam berbagai bentuk, misalnya gangguan teknis, gangguan kualitas sinyal, bahkan miskomunikasi atau salah paham bisa menjadi contoh dari noise.
Untuk mengilustrasikan hal ini, mari kita bayangkan sebuah percakapan melalui telepon antara dua sahabat, Arya dan Bima. Mereka tengah berdiskusi tentang cuaca ekstrim yang terjadi beberapa bulan akhir ini.
Arya: “Halo, Bima! Sudah dengar belum berita tentang banjir besar di Jakarta?”
Bima (dengan suara putus-putus): “Apa sih, Arya? Saya tidak bisa…” (mendengar kamu dengan jelas).
Gangguan tersebut adalah contoh dari noise dalam komunikasi. Kualitas sinyal telepon yang buruk menyebabkan suara Arya tidak sampai dengan jelas kepada Bima. Akibatnya, Bima tidak dapat memahami maksud dari percakapan Arya dengan baik.
Dampak yang ditimbulkan akibat adanya gangguan seperti ini tentunya sangat mengganggu kelancaran komunikasi mereka. Misalnya, Bima tidak bisa merespons dengan tepat topik bahasan Arya tentang isu banjir besar di Jakarta. Selain itu, kemungkinan besar mereka harus mengulangi percakapan mereka, atau dalam skenario terburuk, percakapan tersebut bisa berakhir tanpa menghasilkan apa-apa.
Dalam dunia yang semakin dituntut efisiensi dan kecepatan informasi, gangguan-gangguan seperti ini tentu sangat mengurangi produktivitas dan efektivitas komunikasi. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu menyadari dan mencoba mencegah berbagai gangguan yang dapat mempengaruhi proses komunikasi, termasuk memastikan kondisi teknis dan sinyal sudah baik sebelum melakukan percakapan.