Pada dasarnya, dalam craft naratif, penggunaan kata ganti orang menentukan sudut pandang dalam penceritaan. Kata ganti orang yang kita pilih bisa menentukan sejauh mana kedalaman dan perspektif yang bisa kita jelajahi dalam narasi. Berikut ini adalah tiga contoh kalimat yang memperlihatkan bagaimana kata ganti orang mempengaruhi sudut pandang penceritaan.
Sudut Pandang Pertama Orang
Sudut pandang orang pertama menggunakan “saya,” yang membuat pembaca merasa seolah-olah mereka berada dalam pikiran dan pengalaman tokoh utama. Ini memberikan pandangan terbatas karena kita hanya tahu apa yang diketahui oleh pemencerita.
Contoh: “Saya berjalan melalui gerbang, merasakan detak jantung saya memacu adrenalin. Tidak ada yang bisa persiapkan saya untuk apa yang akan terjadi.”
Sudut Pandang Kedua Orang
Ini adalah sudut pandang yang jarang digunakan dalam fiksi, meskipun cukup populer dalam lirik lagu dan puisi. Kata ganti orang yang digunakan adalah “kamu.” Ini menciptakan efek yang sangat intim dan personal, seolah-olah narator berbicara langsung kepada pembaca.
Contoh: “Kamu memasuki ruangan gelap itu, merasakan detak jantungmu meningkat. Kamu tidak yakin apa yang menunggumu di sana.”
Sudut Pandang Ketiga Orang
Sudut pandang orang ketiga menggunakan “dia,” “ia,” atau “mereka,” dan memungkinkan penulis memberikan pandangan yang lebih luas dan komprehensif tentang dunia di dalam cerita, melampaui perspektif satu karakter.
Contoh: “Dia membuka pintu itu, merasakan adrenalinnya berdetak. Dia tidak mengetahui apa yang berada di balik pintu tersebut.”
Dengan demikian, penggunaan kata ganti orang bervariasi tergantung pada sudut pandang yang penulis pilih untuk bercerita, dan setiap pilihan akan memiliki efeknya sendiri dalam cara pembaca mengalami cerita.
