Sejarah politik Indonesia mencakup periode pertikaian dan perjuangan terhadap kekuatan asing yang berusaha mempertahankan atau mewujudkan kontrol politik dan ekonomi di negara tersebut. Periode paling penting dalam konteks ini adalah pasca Perang Dunia II, ketika Indonesia berjuang untuk kemerdekaannya dari Belanda. Pada saat yang sama, Netherlands Indies Civil Administration (NICA) dikabarkan membonceng tentara Sekutu untuk mencapai tujuannya – pendudukan kembali Indonesia. Perdebatan dan keraguan sering muncul seputar legitimasi kecurigaan ini. Namun, terdapat beberapa bukti awal yang membenarkan kecurigaan Indonesia.
Bukti Pertama: Pelanggaran Perjanjian Linggarjati
Perjanjian Linggarjati ditandatangani oleh Republik Indonesia dan Belanda pada November 1946, di mana kedua belah pihak setuju bahwa Indonesia akan mendapatkan kemerdekaannya dan Belanda tidak akan melakukan upaya lain untuk mengambil alih. Namun, Belanda, dengan bantuan NICA, melanggar perjanjian ini beberapa kali, yang menunjukkan adanya konspirasi untuk menjaga kekuasaannya atas Indonesia. Bukti ini membenarkan kecurigaan bahwa NICA membonceng tentara Sekutu.
Bukti Kedua: Operasi Militer Belanda
Belanda meluncurkan dua operasi militer besar di Indonesia: Operasi Polisi I pada 20 Juli 1947 dan Operasi Polisi II pada 19 Desember 1948. Meski dipresentasikan sebagai operasi “polisi”, kedua operasi ini memiliki signifikansi militer yang kuat, mengindikasikan bahwa Belanda menggunakan kekuatan Sekutu untuk menegakkan kehendak dan kepentingannya. Hal ini semakin mempertegas kecurigaan akan peran NICA.
Bukti Ketiga: Kegiatan Spionase
Bukti lain yang membenarkan kecurigaan terkait pengaruh NICA adalah kegiatan spionase yang dilakukan oleh NICA selama periode ini. NICA diketahui menggunakan jaringan mata-mata untuk menginformasikan tentang gerakan dan strategi militer Indonesia, oleh tentara Sekutu dan tentara Belanda – bukti jelas yang memperlihatkan NICA membonceng tentara Sekutu.
Bukti Keempat: Surat-Menyurat Diplomatik
Komunikasi diplomatik antara pemerintah Belanda dan perwakilannya di Indonesia memberikan bukti langsung tentang campur tangan NICA. Banyak surat dan laporan yang mengindikasikan bahwa NICA membonceng Sekutu untuk mencapai tujuannya.
Tingkat pertikaian dan perjuangan menyebabkan Indonesia merasa cukup berhak mencurigai bahwa NICA berniat memanfaatkan kekuatan Sekutu untuk mencapai tujuannya. Bukti awal yang disebutkan di atas membenarkan kecurigaan ini, dan pada gilirannya menambah pemahaman kita tentang kompleksitas perjuangan Indonesia untuk mencapai dan mempertahankan kemerdekaannya.