Ketika kita berbicara mengenai sejarah bangsa, terutama pada proses perumusan identitas nasional, kita tidak bisa mengabaikan pengaruh dan intervensi luar, baik langsung maupun tidak langsung. Tentu saja, ini benar-benar diterapkan dalam konteks Indonesia, di mana cita-cita politik Belanda, sebagai kolonialisme, telah berperan secara paradoks dalam pembentukan kesadaran nasional dan persatuan rakyat Indonesia.
Pada awalnya, cita-cita politik Belanda didasarkan pada maksud eksploitasi resources alam dan manusia. Belanda membawa sistem politik dan administrasi ke tanah Nusantara, memaksakan peraturan dan aturan yang jauh berbeda dari yang sudah ada dan dikenal oleh penduduk asli. Mereka mengubah struktur sosial dan peraturan lokal Indonesia, yang pada gilirannya, menyebabkan ketidakpuasan dan perlawanan dari rakyat Indonesia.
Namun, dalam situasi ironis ini, cita-cita politik Belanda justru mempercepat lahirnya kesadaran nasional dalam kalangan pemuda dan intelektual Indonesia. Pengenalan sistem pendidikan modern oleh Belanda membangkitkan pemikiran kritis dan nasionalisme di antara generasi muda Indonesia. Munculnya berbagai organisasi pergerakan nasional seperti Budi Utomo, Muhammadiyah, dan lainnya adalah hasil langsung dari sistem pendidikan yang diterapkan oleh pemerintah kolonial Belanda.
Selain itu, implementasi politik ‘pembagian-etnis’ oleh Belanda, yang sebenarnya dimaksudkan untuk memecah belah dan memperlemah perjuangan bangsa Indonesia, justru menjadi katalis bagi munculnya kesadaran bahwa semua etnis dan kelompok di Indonesia adalah satu dalam perjuangan kemerdekaan dan keadilan. Cita-cita politik Belanda yang menghadapi bencana ini justru memainkan peranan penting dalam proses pemersatuan rakyat Indonesia ke dalam satu bangsa.
Dengan demikian, meski bukan dengan niat langsung, Belanda secara ironis berperan dalam proses kesadaran nasional dan persatuan rakyat Indonesia. Pengaruh mereka, meskipun negatif dan eksploitatif pada awalnya, secara tidak sengaja membentuk dasar pemikiran nasional yang pada akhirnya mengantarkan Indonesia merdeka.