Konflik merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sosial manusia, baik dalam skala kecil maupun besar. Konflik dapat dibedakan menjadi konflik vertikal dan horisontal. Konflik vertikal adalah konflik yang terjadi antara dua tingkat yang berbeda, seperti antara pemerintah dan rakyat. Sedangkan konflik horisontal adalah konflik antara kelompok atau individu yang berada pada tingkat yang sama, seperti antar kelompok etnis atau kasta.
Konflik Vertikal: Pemerintah dan Kelompok Minoritas
Peristiwa yang terjadi di Xinjiang, China, merupakan contoh dari konflik vertikal yang tengah berlangsung di skala global. Di Xinjiang, pemerintah China dituduh melakukan penindasan dan penganiayaan terhadap etnis Uighur, yang merupakan kelompok minoritas.
Solusi dari konflik vertikal ini adalah melalui dialog dan mediasi yang dilakukan oleh pihak ketiga yang netral, misalnya organisasi internasional seperti PBB. Selain itu, pemerintah harus dapat menjamin hak asasi manusia, termasuk hak orang-orang dari kelompok minoritas, dan mengedepankan proses hukum yang adil.
Konflik Horisontal: Etnis Rohingya dan Myanmar
Contoh konflik horisontal adalah konflik antara etnis Rohingya dan Myanmar. Etnis Rohingya telah mengalami diskriminasi dan penganiayaan dari etnis mayoritas di Myanmar.
Solusinya adalah melalui pendekatan rekonsiliasi dan pendidikan multicultural. Pembinaan persaudaraan dan pengertian antara berbagai kelompok etnis sangat penting untuk mencegah kemunculan konflik sejenis di masa depan. Selain itu, lembaga internasional, seperti PBB, juga harus ikut berperan dalam mengawasi dan menegakkan hak asasi manusia, serta mendorong perdamaian.
Kedua jenis konflik ini menunjukkan betapa kompleksnya masalah yang dihadapi oleh masyarakat global saat ini. Namun, dengan pendekatan yang tepat dan komitmen yang kuat terhadap nilai-nilai keadilan dan perdamaian, kita dapat menemukan solusi yang adil dan berkelanjutan.