Kebudayaan megalithikum, yang berarti “batu besar,” adalah periode dalam sejarah manusia dimana masyarakat membuat bangunan monumental menggunakan batu-batu besar. Konstruksi ini biasanya ditempatkan di lokasi yang memiliki kepentingan khusus, sering kali berkaitan dengan ritual atau kepercayaan religius. Ini sejalan dengan kepercayaan animisme masyarakat yang percaya bahwa arwah nenek moyang mereka hidup lagi dan bersemayam di puncak gunung.
Animisme dan Puncak Gunung
Dalam banyak kepercayaan animistis, roh tidak hanya berada dalam manusia dan hewan, tetapi juga dalam benda-benda alam seperti gunung. Gunung sering dilihat sebagai perantara dunia manusia dan dunia roh, tempat di mana nenek moyang dapat beristirahat dan berinteraksi dengan kehidupan mereka yang masih hidup.
Untuk masyarakat di dataran rendah yang tidak memiliki akses langsung ke gunung, pembuatan struktur tinggi atau menir mungkin telah berfungsi sebagai pengganti gunung, menjadi tempat di mana mereka bisa merasa lebih dekat dengan roh nenek moyang mereka.
Hasil Kebudayaan Megalithikum
Beberapa contoh hasil kebudayaan megalithikum yang mungkin menjadi petunjuk untuk pernyataan tersebut adalah menhir, dolmen, dan cromlech.
Menhir adalah batu tegak tunggal yang berfungsi sebagai penandai atau monumen. Dalam konteks ini, mereka mungkin mewakili gunung suci dalam kepercayaan animistis.
Dolmen biasanya terdiri dari dua atau lebih batu tegak yang mendukung sebuah batu datar yang diletakkan di atasnya. Mereka sering kali berasosiasi dengan makam atau tempat pemakaman, menunjukkan hubungan kuat dengan nenek moyang dan roh.
Cromlech, atau lingkaran batu, juga merupakan fitur umum dari kebudayaan megalithikum. Biasanya diatur dalam pola lingkaran atau elips, cromlech dapat mewakili siklus kehidupan dan kematian, suatu konsep penting dalam kepercayaan animisme.
Dalam menganalisis hasil kebudayaan megalithikum, penting untuk mempertimbangkan konteks sosial, geografis, dan religius mereka. Walau penafsiran pastinya beragam, jelas struktur-struktur megalithikum ini memegang peran penting dalam rangkaian kepercayaan animistis masyarakat pelaku, mulai dari menghormati roh nenek moyang hingga melestarikan koneksi mereka dengan dunia roh.