Pantun, sebuah bentuk sastra lisan atau tulis yang khas di Indonesia, kaya akan makna dan pesan tersembunyi di dalam struktur ceritanya. Orang yang membaca atau mendengar pantun dapat memahami pesan yang disampaikan melalui permainan kata dan rima yang indah. Pesan yang dibawa oleh pantun ini dikenal sebagai ‘isi’.
Serupa namun berbeda dengan metode lain dalam penyampaian pesan. Dalam pantun, pesan tidak disampaikan secara langsung. Sebaliknya, pesan yang disampaikan dalam pantun biasanya dikemas dalam bentuk cerita atau simbol yang merujuk ke arah pesan tersebut. Dapat dikatakan bahwa pantun berfungsi tidak hanya sebagai sarana hiburan tetapi juga media pendidikan dan pembawa nilai-nilai kehidupan yang mendalam.
Bagian pertama dari pantun biasanya disebut ‘sampiran’, adalah bagian yang secara kasat mata tidak memiliki hubungan langsung dengan ‘isi’, atau pesan dari pantun itu sendiri. Bagian ini seringkali berisi gambaran alam atau aktivitas sehari-hari yang diungkapkan dengan bahasa yang indah dan puitis.
Bagian kedua adalah ‘isi’, yang mengandung pesan yang ingin disampaikan oleh penyair. Isi ini biasanya berisi nasehat, ajaran moral, atau ekspresi perasaan penyair. Seringkali, isi ini disampaikan dengan cara yang tidak langsung dan membutuhkan pemahaman mendalam untuk memahaminya.
Dengan demikian, pantun menjadi sebuah media yang unik dan efektif dalam menyampaikan pesan. Melalui bahasa yang indah dan metafora yang mendalam, pantun menjadi sebuah bentuk sastra yang tidak hanya menghibur tetapi juga mendidik dan membangun karakter pembacanya. Keterampilan untuk mencerna dan memahami pesan yang terkandung dalam pantun adalah suatu bentuk apresiasi sastra yang tinggi dan merupakan bagian penting dari budaya kita.