Pada hari 24 Februari 1966, Indonesia menyaksikan suatu puncak ketegangan politik yang menghasilkan tragedi dalam sejarah nasional. Pada hari itu, kabinet Dwikora, yang telah disempurnakan, dilantik oleh Presiden Soekarno di tengah kerusuhan besar-besaran yang menelan korban jiwa, salah satunya seorang mahasiswa.
Sayangnya, dalam laporan kontemporer dan catatan sejarah, nama mahasiswa tersebut sering kali tidak disebutkan lebih jauh dari sekedar “seorang mahasiswa.” Hal ini adalah pengingat pahit tentang bagaimana dalam agitasi politik dan kekerasan, korban individu sering kali menjadi statistik anonim, wajah dan nama mereka hilang dalam sejarah besar.
Demonstrasi tersebut adalah protes terhadap pemerintahan Soekarno dan gerakan oposisi yang mencakup mahasiswa dan elemen militer. Latar belakang pelantikan kabinet Dwikora yang baru mencerminkan kekacauan politik saat itu di Indonesia.
Kabinet Dwikora, yang merupakan periode penting dalam sejarah politik Indonesia, menghadapi tantangan berat dan kerusuhan sosial. Demonstrasi tersebut didorong oleh ketidakpuasan masyarakat terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan politik di negara itu.
Sejarah Indonesia pada hari itu mencatatkan namanya sebagai hari tragis dimana demonstrasi besar-besaran mengambil korban yang di antaranya adalah seorang mahasiswa yang berjuang untuk kebenaran dan keadilan.
Namun, tragedi seperti ini mengajarkan kita bahwa perubahan sejarah dapat datang dengan biaya yang sangat besar. Ini juga berfungsi sebagai pengingat bahwa indahnya demokrasi dan kebebasan berekspresi kita sekarang ini adalah hasil dari banyak korban dan pengorbanan berharga.
Secara keseluruhan, 24 Februari 1966 adalah sebuah hari dalam sejarah Indonesia yang tak terlupakan. Hari itu adalah momen tragis dalam sejarah bangsa, di mana hak asasi manusia diinjak-injak dan berbagai kekerasan terjadi. Semoga kita tidak melupakan nama dan pengorbanan “seorang mahasiswa” dan yang lainnya, dan gunakan peristiwa ini sebagai pelajaran bagi generasi berikutnya untuk terus memperjuangkan keadilan dan demokrasi.