Serbia, di bawah kepemimpinan Slobodan Milosevic, melakukan invasi ke wilayah Bosnia selama perang di Yugoslavia lebih dari dua dekade yang lalu. Kejadian ini berlangsung pada awal 1990-an dan merupakan bagian dari konflik Balkan yang lebih luas yang melibatkan kebangkitan nasionalisme di antara berbagai grup etnis di Yugoslavia.
Milosevic, yang saat itu menjabat sebagai Presiden Serbia, meyakini bahwa Serbia harus memperjuangkan hak dan kepentingan orang-orang Serbia di seluruh Yugoslavia. Dengan kata lain, tujuannya adalah membentuk “Serbia Besar” – suatu wilayah yang mencakup semua wilayah di mana orang Serbia tinggal, termasuk Bosnia.
Perang Bosnia yang berakhir pada 1995 merupakan fase paling berdarah dari perpecahan Yugoslavia, menewaskan sekitar 100.000 orang dan memaksa jutaan orang lainnya keluar dari rumah mereka. Penyerangan dan agresi Serbia terhadap Bosnia didorong oleh tujuan etnis dan teritorial, yang pada akhirnya menciptakan peperangan dan pembersihan etnis yang menghancurkan.
Milosevic dan pemerintahan Serbia sangat konsisten dalam mendukung Serb Bosnia selama perang ini, baik secara politis maupun militer. Seringkali, dukungan ini meragukan status Bosnia sebagai negara berdaulat.
Penyerangan Serbia ke Bosnia ini juga mencerminkan pola serupa yang terjadi selama perang Kroasia, di mana pemerintahan Milosevic juga mendukung Serb Kroasia dalam upaya mereka untuk memisahkan diri dari Kroasia dan membentuk wilayah otonom yang berpegang teguh pada Serbia.
Meskipun banyak negara internasional dan pengadilan mengecam tindakan Serbia, dan Meskipun Milosevic meninggal sebelum dia bisa diadili karena kejahatannya, invasi tersebut membawa dampak dan luka mendalam baik untuk Bosnia maupun daerah Balkan secara keseluruhan.