Novel Ronggeng Dukuh Paruk, karya Ahmad Tohari, yang diterbitkan pada tahun 1982, merupakan representasi karya sastra yang mampu menerjemahkan kerumitan keseharian masyarakat pedesaan Jawa ke dalam bentuk sastra yang berjiwa. Novel tersebut menawarkan perjalanan yang berliku dan mendalam mengenai kehidupan, tradisi, dan dilema moral masyarakat pedesaan. Selain itu, novel ini juga memberikan gambaran yang khas mengenai latar tempat, waktu, dan suasana yang menjadi bagian integral dari narrasi.
Latar Tempat
Novel ini, seperti yang ditunjukkan oleh judulnya, terjadi di Dukuh Paruk, sebuah desa kecil di tengah-tengah Banyumas, Jawa Tengah. Berlokasi di pedesaan, Dukuh Paruk digambarkan sebagai tempat yang terpencil dan miskin. Dalam karya ini, pembaca akan merasakan ketertinggalan dan kemiskinan serius yang dihadapi oleh penduduk desa. Sifat terpencil dan terbelakang desa ini menjadi alasan nyata untuk dominansi tradisional, takhayul, dan budaya primitif.
Latar Waktu
Meskipun penulis tidak secara eksplisit mengungkapkan periode waktu tertentu, beberapa peristiwa dalam novel ini menunjukkan bahwa alur cerita berlangsung sekitar tahun 1960-an, yang umumnya berhubungan dengan kebijakan politik dan peristiwa besar pada saat itu. Tentu, ini mencakup waktu sebelum, selama, dan setelah tragedi pembantaian Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1965.
Latar Suasana
Suasana dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk sering kali mencerminkan realitas pahit kehidupan di Dukuh Paruk selama masa yang ditetapkan. Ada aura kemiskinan, kejahatan, keputusasaan, dan kerinduan yang terus menebal. Insiden pembantaian PKI juga memberikan warna kelam dalam narasi, memberikan suasana haru dan perjuangan.
Untuk menjadi bagian dari cerita, Tohari memperkaya novel dengan elemen budaya lokal seperti tari Ronggeng, keragaman bahasa lokal, dan kepercayaan mistis yang semuanya memberikan nuansa khas dan suasana yang otentik dari kehidupan pedesaan Jawa. Melalui latar ini, pembaca dibawa ke dalam perjuangan keras kehidupan di pedesaan Jawa pada era tersebut.
Secara keseluruhan, Ahmad Tohari berhasil menciptakan latar yang realistis dalam Ronggeng Dukuh Paruk. Melalui detail rinci tentang latar tempat, waktu, dan suasana, Tohari mampu membawa pembaca ke Dunia Dukuh Paruk, sehingga pembaca memiliki pemahaman yang jelas dan empati yang kuat dengan kondisi dan perjuangan dalam novel ini.