Zakat adalah salah satu dari lima rukun Islam dan merupakan kewajiban setiap Muslim yang memiliki harta kelebihan. Ada banyak hikmah atau manfaat dari melaksanakan zakat, salah satunya adalah untuk mengingatkan manusia bahwa harta yang mereka miliki di dunia ini hanyalah titipan.
Zakat dan Konsep Harta Sebagai Titipan
Konsep bahwa harta adalah sesuatu yang dititipkan kepada manusia adalah suatu ide fundamental dalam ajaran Islam. Ini adalah cara pandang yang sangat berbeda dengan pandangan sekuler materialistik yang melihat bahwa harta adalah milik pribadi dan penghasilan dari kerja keras seseorang.
Dalam Islam, harta didapatkan bukan hanya dari hasil kerja keras, tapi juga merupakan karunia atau anugerah dari Allah. Oleh karena itu, harta yang dimiliki oleh seseorang sebenarnya bukan miliknya, melainkan hanya titipan dari Allah.
Akankah Manusia Menyadari Bahwa Harta Adalah Titipan?
Zakat berfungsi untuk mempertegas prinsip ini. Dengan memberikan sebagian dari harta yang mereka miliki ke orang yang lebih membutuhkan, para muzaki (orang yang membayar zakat) dipaksa untuk memikirkan dan merenungkan tentang hakikat harta mereka.
Melalui proses ini, mereka menyadari bahwa apa yang mereka miliki bukanlah sesuatu yang absolut. Harta bisa datang dan pergi, dan apa yang mereka miliki sekarang ini bisa saja hilang di masa depan.
Mereka juga mengerti bahwa sebagian dari harta mereka sejatinya bukan milik mereka, melainkan hak bagi orang-orang yang lebih membutuhkan. Ini membuat mereka semakin sadar akan konsep harta sebagai sesuatu yang sifatnya titipan dan bukan milik pribadi.
Jadi, Jawabannya Apa?
Jadi, diantara hikmah zakat adalah mengingatkan manusia bahwa harta hanyalah titipan dari Allah. Ini adalah pandangan yang sangat khas dalam Islam dan mampu merubah perspektif manusia tentang arti harta dan kekayaan. Dengan demikian, zakat tidak hanya berfungsi sebagai alat redistribusi kekayaan, tapi juga sebagai medium pendidikan moral dan spiritual.
