Dalam setiap proses pembentukan negara, rangkaian peristiwa penting saling bertaut, mempengaruhi dinamika dan hasil akhirnya. Salah satunya adalah saat proses pemungutan suara untuk menentuan bentuk negara oleh para pendiri negara. Menarik untuk dicatat bahwa dengan keragaman tingkat pendidikan, pengalaman, dan latar belakang dari para pendiri tersebut, situasi yang muncul pada saat ini cukup kompleks dan dinamis. Tapi ternyata, ada suasana yang tidak terjadi selama proses ini.
Pertama, suasana kebersamaan kerap hadir di antara para pendiri negara. Mereka berbagi visi yang sama, yaitu menciptakan negara yang kuat dan mandiri. Kebersamaan ini meningkatkan rasa solidaritas dan kekompakan, membuat mereka bekerja sama dengan lebih baik untuk mencapai tujuan yang sama.
Kedua, perasaan tegang juga menjadi bagian integral dari situasi seperti ini. Tidak dapat dipungkiri bahwa membuat keputusan yang akan menentukan masa depan sebuah negara adalah tugas yang berat dan penuh tanggung jawab. Tegangan ini seringkali terkait dengan beratnya beban keputusan dan prediksi potensi dampak yang mungkin muncul.
Ketiga, adalah suasana berdebat. Faktanya, setiap pendiri memiliki pendapat dan gagasan sendiri tentang bentuk negara yang ideal. Oleh karena itu, diskusi dan perdebatan konstruktif merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses ini.
Namun, ada satu suasana yang tidak hadir selama proses ini: ketidakpedulian. Para pendiri negara selalu penuh semangat, berdedikasi, dan fokus pada tugas mereka. Mereka tidak sekadar penonton pasif, tetapi pemain aktif yang berkontribusi atas terwujudnya suatu negara. Ketidakpedulian bukanlah hal yang mereka biarkan mengganggu proses penting ini.
Sehingga dapat disimpulkan, ketidakpedulian adalah suasana yang tidak ada pada saat pemungutan suara untuk menentukan bentuk negara oleh para pendiri negara. Mereka turut aktif dalam setiap proses dan percakapan, membawa tujuan bersama mereka ke depan.