Ilmu

Ditinjau Dari Bentuknya, Riya Dibagi Menjadi Dua Yaitu Riya Dalam Niat Dan Riya Dalam Perbuatan

×

Ditinjau Dari Bentuknya, Riya Dibagi Menjadi Dua Yaitu Riya Dalam Niat Dan Riya Dalam Perbuatan

Sebarkan artikel ini

Riya, dalam konteks agama Islam, mengacu pada tindakan menunjukkan amal baik untuk tujuan mendapatkan pujian dan pengakuan dari manusia, bukan Allah. Dalam Islam, ini dianggap sebagai bentuk syirik, atau pemberian asosiasi dengan Allah. Menurut hukum Islam, setiap amal ibadah harus dilakukan semata-mata untuk mencari keberkahan dan keridhaan dari Allah. Oleh karena itu, konsep riya memiliki relevansi penting dalam pengamalan hakiki ajaran Islam.

Riya Dalam Niat

Riya dalam niat merujuk pada niat yang tidak murni dalam melakukan suatu perbuatan ibadah. Artinya, seseorang melakukan ibadah bukan untuk Allah semata, tapi untuk mencari pujian atau pengakuan dari orang lain. Misalnya, seseorang yang bangun di tengah malam untuk sholat tahajjud hanya karena dia ingin dilihat oleh orang lain sebagai seorang yang saleh, tersebut termasuk dalam riya dalam niat. Ketidakmurnian niat ini sangatlah berbahaya karena bahkan tindakan yang tampak religius dan baik dapat menjadi sia-sia jika niatnya diwarnai dengan riya.

Riya Dalam Perbuatan

Riya dalam perbuatan, sebaliknya, berarti melakukan ibadah dengan cara yang berlebihan agar mendapatkan pujian dari orang lain meskipun niatnya mungkin adalah untuk Allah. Contoh umum dari riya dalam perbuatan adalah seseorang yang melakukan sholat dengan gerakan yang berlebihan atau membaca Al-Quran dengan suara keras agar mendapatkan pujian atau pengakuan dari orang lain.

Baik riya dalam niat atau perbuatan, keduanya merupakan gangguan serius dalam pemurnian ibadah dan merupakan bentuk riya yang harus dihindari oleh setiap Muslim. Islam menekankan kejujuran dan kemurnian niat dalam setiap tindakan. Karena itu, orang harus selalu memeriksa niat mereka dan memastikan bahwa setiap tindakan ibadah dilakukan semata-mata untuk Allah dan bukan untuk tujuan atau pengakuan dunia.

Oleh karena itu, umat Islam diingatkan untuk senantiasa menjaga niat dan perbuatannya dari sifat riya. Bagi mereka yang senantiasa berusaha meninggalkan sifat riya, insha Allah akan mendapatkan predikat ikhlas dalam ibadahnya dan keberkahan hidup pada dunia dan akhirat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *