Diskusi

Dua Bangsa Penjajah yang Datang ke Maluku dan Memiliki Dendam dengan Islam Adalah

×

Dua Bangsa Penjajah yang Datang ke Maluku dan Memiliki Dendam dengan Islam Adalah

Sebarkan artikel ini

Maluku, sering disebut sebagai “Negeri Rempah-Rempah”, telah menarik banyak bangsa penjajah untuk datang dan menguasai wilayah ini. Keberagaman budaya, etnis, dan agama yang ada di Maluku menjadi cerminan dari pengaruh bangsa-bangsa penjajah. Dua bangsa penjajah yang paling berpengaruh dan memiliki konflik dengan Islam di Maluku adalah bangsa Portugis dan Belanda.

Bangsa Portugis

Portugis adalah bangsa Eropa pertama yang mencapai Maluku. Mereka datang pada awal abad ke-16, dipimpin oleh Francisco Serrao. Portugis memanfaatkan persaingan antara kerajaan-kerajaan lokal dan berhasil mendirikan benteng di Ternate dan Tidore.

Namun, Portugis datang bukan hanya untuk memperdagangkan rempah-rempah, tetapi juga untuk menyebarkan agama Katolik. Misi tersebut seringkali menimbulkan konflik dengan umat Islam lokal, yang telah ada di Maluku sejak abad ke-14. Sikap Portugis yang memaksakan agama Katolik dan penindasan mereka terhadap umat Islam meninggalkan dendam yang mendalam di antara masyarakat lokal.

Bangsa Belanda

Setelah Portugis, Belanda datang ke Maluku pada abad ke-17 melalui perusahaan dagang mereka, VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie). Seperti Portugis, Belanda juga menggunakan strategi membagi dan menguasai, bersekutu dengan kerajaan lokal untuk mengalahkan yang lain.

Tidak seperti Portugis, Belanda pada awalnya tidak terlalu fokus pada penyebaran agama mereka (Protestan). Namun, Belanda memandang Islam sebagai ancaman bagi kekuasaan mereka. Mereka melihat bahwa Islam dapat mempersatukan kerajaan-kerajaan lokal untuk melawan mereka. Dalam beberapa kasus, seperti pada Perang Jilid di Ambon dan Perang Pattimura, Belanda melakukan penindasan brutal terhadap umat Islam.

Konflik dan dendam antara bangsa penjajah ini dengan umat Islam di Maluku telah membentuk sejarah dan identitas wilayah ini. Meskipun demikian, Maluku saat ini adalah contoh dari keberagaman dan toleransi, di mana berbagai agama dan budaya dapat hidup berdampingan secara damai.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *