Diskusi

Dumasar Kana Sipatna, Sisindiran Téh Bisa Dibédakeun Jadi Tilu Rupa nyaéta

×

Dumasar Kana Sipatna, Sisindiran Téh Bisa Dibédakeun Jadi Tilu Rupa nyaéta

Sebarkan artikel ini

Sisindiran merupakan sebuah bentuk sastra lisan yang populer dalam kebudayaan Sunda, Indonesia. Sisindiran memanfaatkan assonansi dan konsonansi sebagai bentuk keindahan sastra. Dalam hal ini, tautan antara baris dan sajak menampilkan kreativitas dan ketrampilan penulis. Uniknya, sisindiran bisa dibedakan menjadi tiga rupa berdasarkan sifatnya. Tiga rupa tersebut antara lain: sisindiran wawangsalan, sisindiran paparikan, dan sisindiran semar mesem.

Sisindiran Wawangsalan

Sisindiran wawangsalan adalah bentuk sisindiran yang paling umum dikenal oleh masyarakat Sunda. Dalam sisindiran jenis ini, baris-baris puisi disusun sedemikian rupa agar memberi pesan tersembunyi melalui kata-kata yang memiliki makna ganda. Baris-baris sisindiran ini biasanya disampaikan dalam bentuk nyanyian atau cerita.

Misalnya:

Aing mah sok asa di lembur,(harapanku selalu ada di desa)

Dalam contoh di atas, kata “lembur” memiliki makna ganda sebagai desa atau harapan, dimana penafsiran maknanya bergantung pada konteks percakapan.

Sisindiran Paparikan

Sisindiran paparikan adalah bentuk sisindiran dimana baris-baris puisi disampaikan dalam bentuk riddle atau teka-teki. Masyarakat biasanya menggunakan bentuk sisindiran ini untuk mengasah kecerdasan dan penalaran.

Misalnya:

Sampurasun sadaya,(ucapan salam untuk semuanya)

Dalam contoh ini, “sampurasun” merupakan teka-teki dengan solusi atau jawaban “salam”.

Sisindiran Semar Mesem

Sisindiran semar mesem adalah bentuk sisindiran yang digunakan untuk menggambarkan keadaan atau situasi dengan cara yang humoris atau lucu. Bentuk sisindiran ini sering digunakan untuk melepas penat dan stres.

Misalnya:

Abah aya di warung,(Ayah ada di kedai)

Pada contoh di atas, ungkapan “Abah aya di warung” dapat ditafsirkan secara harfiah atau bisa juga berarti “ayah sedang santai atau merasa nyaman”.

Dengan berbagai rupa tersebut, sisindiran memang memberikan kekayaan budaya dan sastra Sunda yang tak terhingga. Melalui kearifan lokal ini, kita dapat melihat betapa kaya dan kompleksnya bahasa dan sastra Indonesia, khususnya kebudayaan Sunda.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *