Diskusi

Hasil Kebudayaan pada Zaman Mesolithikum berupa Tumpukan Sampah Dapur dari Kulit Siput dan Kerang Disebut Apa?

×

Hasil Kebudayaan pada Zaman Mesolithikum berupa Tumpukan Sampah Dapur dari Kulit Siput dan Kerang Disebut Apa?

Sebarkan artikel ini

Zaman Mesolithikum adalah periode dalam sejarah manusia yang berlangsung sekitar 10.000 hingga 5.000 tahun Sebelum Masehi. Periode ini, yang juga sering disebut masa peralihan, adalah saat manusia berpindah dari pola hidup berburu dan mengumpulkan menjadi pertanian dan pemeliharaan hewan. Hal ini tercermin dalam perkembangan teknologi dan variasi pola hidup manusia, yang ditemukan dalam penemuan-penemuan arkeologi, termasuk penemuan tumpukan sampah dapur dari kulit siput dan kerang. Namun, mungkinkah sampah ini memiliki arti lebih dari sekedar nilai estetis? Sisa-sisa apa yang disebut oleh para peneliti?

Berbeda dengan peninggalan zaman Paleolithikum yang ditemukan dalam bentuk alat-alat batu, peninggalan dari zaman Mesolithikum jauh lebih variatif. Salah satu peninggalan yang cukup banyak ditemukan adalah tumpukan sampah dapur dari kulit siput dan kerang. Sisa-sisa kehidupan sehari-hari ini disebut sebagai “Kjokkenmodding”.

Kjokkenmodding: Artefak Keseharian Zaman Mesolithikum

Kata “Kjokkenmodding” berasal dari bahasa Denmark, yang secara harfiah berarti “tumpukan sampah dapur”. Tumpukan sampah ini biasanya terdiri dari kulit siput, kerang, tulang ikan, dan sisa-sisa hewan lainnya yang dikonsumsi oleh manusia pada masa tersebut. Mereka sering kali ditemukan di sekitar pesisir, tempat manusia Zaman Mesolithikum umumnya hidup dan mencari makan.

Bagi para arkeolog, Kjokkenmodding ini bukan hanya sampah, tetapi juga sumber yang penting untuk memahami pola diet, perilaku hidup, dan bahkan perubahan lingkungan dalam periode Mesolithikum. Dengan mempelajari isi dari tumpukan sampah ini, para peneliti dapat memahami jenis makanan yang dikonsumsi, yang secara tidak langsung memberikan wawasan tentang habitat, pola migrasi, dan teknologi yang dimiliki oleh manusia pada periode tersebut.

Tumpukan sampah dapur ini juga menunjukkan bahwa manusia zaman Mesolithikum telah memulai untuk bermukim di satu tempat dan membuat perubahan signifikan dalam pola hidup mereka. Hal inilah yang berujung pada munculnya pertanian dan awal dari era Neolitik, dimana manusia mulai bercocok tanam dan memulai kehidupan yang lebih stabil.

Dengan demikian, tumpukan sampah dapur dari kulit siput dan kerang, atau Kjokkenmodding, bukan sekedar sampah biasa. Tumpukan ini memberikan gambaran penting tentang perubahan gaya hidup dan pembelajaran dalam periode transisi ini. Tumpukan sampah menjadi cerminan perubahan pola pikir dan kehidupan manusia, dari pola hidup nomaden ke pola hidup masyarakat yang lebih sedentari.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *