Hikayat adalah bentuk cerita rakyat yang menjadi bagian penting dari sastra lisan Melayu. Alur ceritanya biasanya didasarkan pada kehidupan raja-raja Melayu dan perjuangan mereka, serta berbagai mitos dan legenda yang beredar di masyarakat. Gaya bercerita Hikayat umumnya dramatis dan puitis, mencerminkan nilai-nilai tradisional dan kepercayaan masyarakat Melayu.
Sejumlah tokoh dalam berbagai Hikayat telah mencapai status sebagai tokoh yang dikenal luas di masyarakat. Beberapa tokoh ini memiliki karakteristik yang unik dan menjadi simbol dari nilai-nilai dan norma kultural tertentu. Meskipun begitu, ada juga beberapa tokoh yang sering dikaitkan dengan Hikayat, tetapi sebenarnya bukan bagian dari genre sastra ini.
Dalam konteks ini, berikut adalah beberapa tokoh yang secara umum diasumsikan sebagai tokoh dalam Hikayat, namun ternyata bukan:
Ratu Kidul
Ratu Kidul, atau juga dikenal sebagai Nyai Roro Kidul, adalah tokoh mitos di Jawa yang dipercaya sebagai ratu dari kerajaan Laut Selatan. Meski sering disebut dalam berbagai cerita rakyat dan mitos, tokoh Ratu Kidul bukan bagian dari cerita Hikayat. Ia adalah bagian dari mitologi dan sastra Jawa, bukan Melayu.
Si Pitung
Si Pitung adalah tokoh legendaris Betawi yang dikenal sebagai seorang bandit yang berjuang melawan penjajah Belanda. Si Pitung, meski populer dalam cerita rakyat Indonesia, bukan merupakan tokoh dari Hikayat. Kisahnya lebih banyak digambarkan dalam bentuk cerita rakyat Betawi.
Malin Kundang
Malin Kundang, juga dikenal sebagai Si Tanggang, adalah tokoh dari legenda Minangkabau tentang seorang anak yang durhaka pada ibunya. Cerita ini populer dalam masyarakat Indonesia. Meskipun cerita Malin Kundang memiliki unsur-unsur dramatik dan moral yang mirip dengan Hikayat, cerita ini sebenarnya bukan bagian dari Hikayat, melainkan legenda Minangkabau.
Mengenal tokoh-tokoh Hikayat sebenarnya dapat memberikan wawasan yang mendalam tentang budaya Melayu dan tradisi sastra lisan mereka. Namun, penting juga untuk membedakan antara Hikayat dengan genre sastra lainnya dalam budaya Melayu dan Indonesia agar tidak menimbulkan kebingungan.
