Ilmu

Ia Sudah Jauh dari Rumah, Keterasingan Tiba-Tiba Menggigit Dirinya

×

Ia Sudah Jauh dari Rumah, Keterasingan Tiba-Tiba Menggigit Dirinya

Sebarkan artikel ini

Pada suatu hari yang tampak bening, berangkatlah seorang pemuda dari desanya. Memendam mimpi besar di balik bibirnya yang kuat mempertahankan senyuman, ia memulai perjalanan jauhnya. Namun ada yang tiba-tiba menggigit dirinya, balutan pilu yang ia sebut sebagai keterasingan.

Ia adalah gambaran dari kita semua, perwakilan dari para pejuang yang mendahului mimpi di ujung dunia hingga terpisah jarak dan waktu dengan rasa ‘rumah’. Ia adalah simbol dari setiap individu yang berjuang untuk mewujudkan impian mereka, terlepas dari nyaman dan tenangnya rasa “rumah”.

Perjalanan itu bukan hanya fisik. Itu adalah perjalanan ke dalam diri sendiri, sebuah petualangan menuju penemuan diri sejati yang pada akhirnya akan membangun atau menghancurkan kita.

Keterasingan bukanlah hal yang asing bagi mereka yang jauh dari rumah. Seakan menjadi suvenir tak terhindarkan yang tergantung di leher, menimbang berat. Keterasingan menggigit dalam bentuk kerinduan, kesendirian, dan ketidaksesuaian dengan apa yang baru dan asing. Ia berketukan sebagai peringatan keras dari suara hati kita yang berbisik, “Kamu jauh dari rumah.”

Tapi, adalah sang pemuda yang menunjukkan kepadanya, dan kepada kita semua, bahwa kita teralisasi oleh kesedihan dan kesendirian kita sendiri. Bahwa di balik keterasingan dan kerinduan, ada ruang untuk pertumbuhan, penemuan, dan pemahaman diri sendiri yang lebih dalam. Ia kemudian mengerti bahwa apa yang menyerangnya dalam bentuk keterasingan adalah nyali dan antusiasme yang mengambang menghadap tantangan dunia yang luas.

Keterasingan adalah ujian bagi kita, sebuah pelajaran tentang bagaimana merindukan sesuatu yang baik sambil mengejar sesuatu yang lebih baik. Itu adalah proses belajar bagaimana bertahan dan tetap berjuang meski rindu bersemayam dalam dada. Keterasingan adalah tentang bagaimana menjaga mimpi tetap utuh ketika berjuang mewujudkannya.

Ia tersesat dalam pertarungan melawan keterasingan, bertekad untuk menghadapinya dengan berani, hingga ia belajar bahwa rumah bukan hanya tempat yg nyaman, tetapi juga tempat di mana seseorang bisa menjadi dirinya sendiri. Ia jauh dari rumah, tapi ia berjuang untuk menciptakan ‘rumah’ baru bagi dirinya sendiri.

Itulah perjalanan sang pemuda dan juga perjalanan kita: sebuah kisah tentang mencari rumah di dunia yang lahir dari pertempuran melawan rasa keterasingan. Perjalanan yang memperlihatkan bahwa keterasingan adalah dimensi lain dari berbagai tantangan, bukan batas perjalanan kita.

Jadi, jawabannya apa? Jawabannya adalah bahwa kita harus terus berjuang, terlepas dari betapa beratnya rasa keterasingan yang menggigit diri kita. Kita memiliki keberanian dalam diri kita untuk mempertahankan harapan dan terus bergerak maju menuju impian dan membangun ‘rumah’ baru bagi diri kita sendiri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *