Identitas diri merupakan konsep yang kompleks, terbentuk dari berbagai aspek konstituen seperti keyakinan, nilai, dan perilaku individu. Terbentuknya identitas diri peserta didik (murid) tidak terlepas dari pengaruh berbagai faktor seperti keluarga, teman sebaya, dan kebudayaan. Setiap faktor tersebut berkontribusi dalam membentuk identitas diri peserta didik.
Faktor Keluarga
Faktor keluarga memiliki peran penting dalam membentuk identitas diri peserta didik. Seiring perkembangan waktu, peserta didik dipengaruhi oleh nilai-nilai yang diajarkan oleh keluarga. Misalnya, jika keluarga memegang nilai religius dengan kuat, peserta didik bisa juga mengadopsi nilai keagamaan tersebut dan merujuknya dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh lainnya adalah pengaruh keluarga terhadap prestasi akademik. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa dukungan keluarga, terutama ortu, sangat penting untuk sukses akademik peserta didik. Orang tua yang terlibat dalam pendidikan anak mereka dan menunjukkan minat tentang pekerjaan sekolah mereka cenderung memiliki anak dengan prestasi akademik yang lebih baik.
Faktor Teman Sebaya
Teman sebaya juga memainkan peran penting dalam pembentukan identitas diri peserta didik. Mereka memberikan lingkungan sosial di mana peserta didik dapat bereksperimen dengan berbagai perilaku, nilai, dan ide.
Sebagai contoh, peserta didik yang bergaul dengan teman-teman yang menghargai pendidikan dan memiliki aspirasi karir yang tinggi mungkin akan termotivasi untuk memperbaiki prestasi akademis dan merencanakan masa depan yang ambisius. Sebaliknya, teman sebaya yang terlibat dalam perilaku negatif atau melanggar hukum dapat mempengaruhi peserta didik untuk melakukan hal yang sama.
Faktor Kebudayaan
Kebudayaan dapat mempengaruhi identitas diri peserta didik dengan memberikan pola perilaku, pemikiran, dan nilai-nilai yang diterima oleh masyarakat. Kebudayaan mencakup tradisi, bahasa, agama, dan nilai-nilai sosial yang membentuk cara pandang peserta didik terhadap dunia.
Sebagai contoh, peserta didik yang dibesarkan dalam budaya yang menekankan pada respect for elders (penghormatan terhadap orang yang lebih tua) mungkin akan menunjukkan sikap yang lebih hormat kepada guru dan orang dewasa lainnya. Demikian pula, peserta didik yang dibesarkan dalam budaya yang menghargai kerja keras dan pendidikan mungkin akan memiliki sikap yang lebih serius terhadap studi mereka.
Dengan kesadaran akan pengaruh faktor-faktor ini, kita dapat lebih baik memahami bagaimana identitas diri peserta didik terbentuk dan bagaimana dapat mendukung perkembangan identitas yang sehat dan positif bagi mereka.