Pada tahun 1619, selama masa pemerintahan Gubernur Jendral Jan Pieterszoon Coen, VOC atau Vereenigde Oostindische Compagnie memindahkan pusat operasi dagangnya ke Jayakarta. Keputusan strategis ini diambil setelah mempertimbangkan beberapa faktor penting dalam kaitannya dengan kegiatan perdagangan dan kepentingan ekonomi VOC.
Faktor Stratejik
Jayakarta (yang nantinya menjadi Jakarta), dikenal sebagai pusat perdagangan yang aktif selama era tersebut. Lokasinya yang strategis di Pulau Jawa, dekat dengan beberapa jalur pengiriman utama, menjadikan wilayah ini menjadi pilihan yang ideal untuk pusat operasi dagang perusahaan.
VOC juga melihat potensi yang besar dari Jayakarta sebagai tempat yang cocok untuk dikembangkan menjadi pusat perdagangan baru. Dari segi geopolitik, Jayakarta memiliki keuntungan karena berlokasi di antara dua lokasi penting, yaitu Sunda Kelapa dan Banten. Keduanya merupakan pusat perdagangan rempah-rempah utama pada era tersebut, dan dengan memindahkan pusat operasinya ke Jayakarta, VOC dapat mengontrol aliran barang dari kedua pelabuhan ini.
Potensi Ekonomi
Selain itu, VOC juga melihat Jayakarta memiliki potensi ekonomi yang besar. Wilayah ini kaya akan hasil bumi, seperti lada, cengkih, dan pala. Faktor ini menjadikan Jayakarta sebagai lokasi yang sangat menguntungkan dari aspek bisnis perdagangan rempah-rempah.
Stabilitas Politik
Jan Pieterszoon Coen juga melihat bahwa Jayakarta menawarkan stabilitas politik yang lebih baik. Pada masa itu, Jayakarta dikuasai oleh Pangeran Jayawikarta yang terbuka pada hubungan baik dengan pihak Belanda. Stabilitas politik ini tentunya memungkinkan VOC untuk menjalankan aktivitas perdagangannya dengan lebih aman dan efisien.
Dengan pertimbangan tersebut, Jan Pieterszoon Coen memutuskan untuk menyerang Jayakarta dan berhasil merebutnya dari Pangeran Jayawikarta pada tahun 1619. Ia kemudian mengubah nama wilayah tersebut menjadi Batavia, menandai dimulainya masa pemerintahan VOC di Indonesia.
Perpindahan pusat operasi VOC ke Jayakarta memperlihatkan betapa pentingnya peran strategi, ekonomi, dan politik dalam bisnis perdagangan pada masa itu. Ini juga memberi kita gambaran tentang bagaimana VOC, dibawah komando Jan Pieterszoon Coen, berhasil mendominasi perdagangan di Asia Tenggara selama berabad-abad.