SEATO atau Southeast Asia Treaty Organization adalah sebuah organisasi pertahanan kolektif yang dibentuk pada tahun 1954 oleh beberapa negara termasuk Amerika Serikat, Inggris, dan Australia. Meskipun organisasi ini terbentuk untuk menghadapi ancaman komunisme di Asia Tenggara, Indonesia, sebuah negara yang terletak di tengah-tengah kawasan ini, memutuskan untuk tidak bergabung. Ada beberapa alasan kunci yang berkontribusi terhadap keputusan Indonesia ini:
Alasan Ideologi
Terlepas dari tekanan politik internasional, Indonesia tetap mengambil posisi kenetralan suasana Perang Dingin. Keputusan ini sejalan dengan ideologi yang dianut pada saat itu yaitu politik bebas aktif, yang memandang bahwa Indonesia harus bebas dari pengaruh blok politik manapun dan aktif dalam menentukan kebijakan sendiri. Oleh karena itu, bergabung dengan SEATO, yang dipersepsi sebagai instrumen blok Barat dalam Perang Dingin, akan bertentangan dengan ideologi ini.
Alasan Domestik
Masalah domestik juga memainkan peran besar dalam keputusan Indonesia. Pada masa itu, Indonesia berfokus pada pengendalian konflik internal dan pembangunan nasional. Masuk dalam aliansi militer seperti SEATO bisa memicu ketegangan internal dan mengalihkan sumber daya dari masalah domestik ini.
Alasan Geopolitik
Indonesia berada di posisi unik secara geografis, di mana ia memiliki sumber daya alam yang melimpah dan strategis. Keikutsertaan dalam SEATO bisa membuka peluang bagi intervensi asing dalam urusan internal Indonesia, terutama mengenai kontrol sumber daya alam. Dengan ini, Indonesia memilih untuk menjaga kedaulatannya.
Meskipun Indonesia tidak merasa perlu untuk bergabung dengan SEATO, negara ini tetap menjalin hubungan baik dengan negara-negara anggota dan mempertahankan kemandiriannya dalam arus besar politik global. Keputusan ini mencerminkan nilai-nilai utama dalam politik luar negeri Indonesia seperti kedaulatan, kemandirian, dan penyelesaian damai terhadap konflik.