Suwardi Suryaningrat, sekarang lebih dikenal sebagai Ki Hadjar Dewantara, adalah seorang pemimpin besar yang melawan penjajahan Belanda di Indonesia. Dalam peran pentingnya sebagai pemimpin Partai Indische, ia mempublikasikan pemikirannya melalui tulisan berjudul “Als ik Nederlander was” yang secara harfiah berarti “Andaikan aku adalah orang Belanda”.
Tulisan inilah yang kemudian banyak dikenang dan dianggap sangat berpengaruh karena memberikan kritik pedas terhadap pendidikan kolonial Belanda serta meletakkan dasar bagi gerakan nasionalis Indonesia. Isi dari tulisan ini dapat kita bahas dalam beberapa bagian:
Kritikan Terhadap Pendidikan Kolonial
Suwardi berpendapat bahwa sistem pendidikan kolonial Belanda menjadikan orang Indonesia sebagai pelayan dan kuli bagi orang Belanda. Melalui pendidikan, kolonial Belanda melahirkan ‘hamba’ dengan perspektif dan pandangan dunia yang sama seperti orang Belanda. Ia mengkritik keras pendekatan pendidikan ini yang tidak menghormati martabat manusia dan kebudayaan lokal.
Perjuangan Pribadi Sebagai Pendidik
Suwardi memahami betul pentingnya pendidikan dalam membentuk individu yang merdeka dan berdaulat. Ia pun mendirikan Taman Siswa yang diharapkan menjadi wadah untuk melahirkan generasi muda Indonesia yang mandiri, cerdas, dan memiliki rasa nasionalisme. Taman Siswa dirancang untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan praktis kepada anak-anak Indonesia tanpa mengekang pikiran dan jiwa mereka seperti pendidikan kolonial.
Proklamasi Spiritual
“Als ik Nederlander was” bukan hanya sebuah kritik terhadap pendidikan kolonial, tetapi juga proklamasi spiritual bagi bangsa Indonesia. Suwardi menekankan betapa pentingnya bagi setiap individu Indonesia untuk merasa bangga dan menghargai budaya dan nasionalisme mereka sendiri.
Dalam esai ini, Suwardi Suryaningrat memberikan pandangan progresif tentang peran pendidikan dalam membangun bangsa yang merdeka, dan menggugah kesadaran nasionalisme bangsa Indonesia. Melalui kritik dan solusinya yang tajam, “Als ik Nederlander was” menjadi tonggak penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.